Saat peristiwa itu terjadi, suami Mita, Abdul Gafur (32) tidak sedang berada di Palu.
"Suami saya di Kalimantan kerja sopir, bawa oto," katanya.
Kondisi Mita yang parah, terpaksa harus dirujuk ke Makassar, Sulawesi Selatan. Ia baru bisa bertemu dengan suami tercinta, ketika dirawat di Makassar.
"Nanti sudah satu minggu di Makassar baru suamiku datang," katanya.
Namun, ia bersyukur Allah masih memberi kesempatan kedua terhadap dirinya untuk hidup. Ia juga bersyukur diberi suami yang sabar untuk mengurusi dirinya.
Gafur menggantikan peran Mita
Singkat cerita, mereka akhirnya kembali ke Palu ketika kondisi kesehatan Mita membaik. Pen atau implan untuk menyangga tulang yang patah di lengan kirinya sudah dilepas.
Namun, Mita harus menggunakan kursi roda. Sudah hampir dua tahun pasca gempa, kursi roda menjadi pengganti kakinya yang lumpuh.
Aktivitas Mita berubah total. Ia merasa dirinya tak berguna karena kondisinya. Ia tak bisa lagi memasak di dapur, mencuci, dan segala aktivitas lainnya seperti dulu.
Namun, Mita beruntung ada Abdul Gafur, suaminya yang kini menjadi tumpuan hidupnya. Selalu memberi semangat, ketika dia mulai putus asa. Dan ada keluarganya yang selalu mendukung dia.
Gafur, begitu pria ini disapa. Orangnya ramah, sederhana dan nrimo. Karena kondisi istrinya, ia pun rela menggantikan peran istrinya di dapur.
Karena kondisi istrinya yang lumpuh, ia juga yang harus menggantikan popok istrinya, memandikan sampai harus mengganti pembalut ketika sang istri datang bulan.
Termasuk mengurus dua buah hatinya yang masih bocah, sebelum ia berangkat kerja menjadi buruh bangunan.
"Saya sudah bangun dari jam 5 subuh. Memasak dulu saya, kalau sudah kelar semua di rumah baru saya berangkat kerja," kata Gafur lirih.
Baca juga: Kisah Dokter di Makassar yang Seorang Diri Rawat 190 Pasien Covid-19
Dari raut wajahnya terlihat lelah yang amat sangat. Namun, Gafur tak menampakannya. Sebagai buruh bangunan pendapatan Gafur tak seberapa.