Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS DAERAH

Swasembada Alat Medis, Jabar Bisa Produksi 100.000 Alat PCR Per Minggu

Kompas.com - 30/06/2020, 14:27 WIB
Inang Sh ,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Gubernur Jawa Barat (Jabar) yang juga Ridwan Kamil Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar mengatakan, kelengkapan alat medis membuat penanganan Covid-19 di daerahnya selalu maksimal.

Ini karena Jabar saat ini sudah bisa swasembada alat medis, seperti ventilator, alat pelindung diri (APD), rapid test, masker, hingga alat tes Polymerase Chain Reaction (PCR).

“Per hari ini, kami ventilator sudah swasembada, APD sangat mencukupi, bahkan masker bedah berlimpah, alat rapid test juga bikin sendiri, alat PCR bisa diproduksi 100.000 per minggu," paparnya.

Gubernur yang akrab disapa Kang Emil ini mengatakan itu dalam sesi wawancara daring dengan United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia, dari Gedung Pakuan Bandung, Senin (29/06/2020).

Baca juga: Ridwan Kamil Pamerkan Strategi Inovatif Jabar Lawan Covid-19 di Forum Internasional

Dia menerangkan, saat ini 60 persen industri manufaktur di Indonesia berada di Jabar. Maka saat ada pandemi Covid-19 beberapa dari industri tersebut beralih menjadi memproduksi APD.

Perusahaan alutsista milik pemerintah juga kini mampu memproduksi ventilator dan alat PCR.

"60 persen industri hi-tech ada di Jabar maka saat ada Covid-19 industri ini kita koordinasikan memproduksi alat-alat perang melawan Covid-19,” ujarnya seperti keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.

Tak hanya perusahaan, Jabar juga proaktif melibatkan institusi pendidikan untuk memproduksi sendiri alat rapid test yang jauh lebih akurat dan murah.

Baca juga: Ridwan Kamil Sebut Banyak Orangtua Tidak Disiplin Protokol Kesehatan

Dengan kemandirian ini, Kang Emil menyebut, Jabar bisa lebih maksimal dalam penanganan dan siap apabila dihadapkan dengan gelombang kedua Covid-19.

"Jabar sekarang bisa swasembada, itu mungkin bedanya Jabar dengan provinsi lain dan ini yang membuat kami lebih tenang terkait persiapan-persiapan kalau terjadi gelombang kedua,” ungkapnya.

Dia mengatakan, hal itu bisa dilihat dari laporan tingkat kesembuhan hingga Sabtu (27/6/2020) yang mencapai 17 orang per hari.

Apabila dirata-ratakan, maka lebih banyak kasus yang sembuh dibanding positif aktif.

"Ini yang membuat Jabar dalam penanganan Covid-19 selalu maksimal," ujarnya.

Baca juga: Unpad Bersama ITB dan Rumah Amal Salman Berhasil Buat Ventilator Portabel

Indikator lainnya bisa dilihat dari jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit terus berkurang. Kini, pasien Covid-19 tinggal di angka 26 persen.

Sejumlah rumah sakit rujukan Covid-19 pun sudah kembali membuka pelayanan untuk penyakit umum.

"Saya berdoa tiap hari mudah-mudahan terus sampai akhirnya nol persen tidak ada lagi yang dirawat karena Covid-19," ucap Kang Emil.

Semangat kemandirian

Adapun, sebelum memproduksi sendiri alat perang melawan Covid-19, Jabar selalu menunggu kiriman dari pemerintah pusat yang harga barangnya pun cukup mahal dan harus impor.

Baca juga: Jabar Fokus Gelar Tes Masif Covid-19 di Pasar Hingga Tempat Wisata

Hal ini menurut Kang Emil, menjadi salah satu penyebab terlambatnya penanganan.

"Sebelumnya kita nunggu drop-drop-an dari pemerintah pusat, harga barangnya mahal dan harus impor jadi mau gerak cepat melawan musuh pun lambat, tapi sekarang semua in control jadi saya bisa pesan langsung, datangi pabriknya, lakukan tindakan dan buat keputusan," tuturnya.

Selain itu, dia menilai, masalah Covid-19 bukan hanya kewajiban dari pemerintah pusat saja.

Sebab, dalam kondisi berperang, maka semua yang mengaku warga negara Indonesia (WNI) harus turut serta bela negara baik dengan ilmunya, harta, maupun tenaganya.

"Covid-19 bukan kewajiban pemerintah saja karena kita ini lagi perang maka semua yang mengaku WNI harus ikut serta bela negara dengan menyumbangkan apapun," jelasnya.

Baca juga: Mengenal Manfaat Tes Antibodi Covid-19

Termasuk, lanjutnya, melakukan kedisiplinan pun menjadi salah satu bentuk bela negara.

"Bedanya sekarang yang di depan dalam perang ini adalah tenaga kesehatan," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com