KOMPAS.com - Hasil rapid test Ariyanto Boik pria asal Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT) dinyatakan reaktif.
Ia menjalani rapid test saat diisolasi di rumah susun Ne'e, Desa Sanggaoen, Kecamatan Lobalain, Rote Ndao setelah melakukan perjalanan dari area risiko.
Namun ternyata hasil laporan yang dikeluarkan laboratorium rumah sakit setempat bukanlah hasil tes Covid-19, melainkan hasil tes kehamilan.
Baca juga: Penjelasan Gugus Tugas soal Hasil Rapid Tes Pria yang Reaktif Hamil
Hal tersebut membuat keluarga Ariyanto marah. Mereka langsung datang ke tempat karantina untuk menanyakan hasil tes Ariyanto.
Menurut Ferdinan Boik, kakak kandung Ariyanto, hasil rapid test membuat keluarga mereka bingung.
"Tadi kami protes dengan hasil ini dan kami langsung ke tempat karantina dan bertemu dengan penanggung jawabnya," ungkap Ferdinan Boik, saat dihubungi Kompas.com, melalui sambungan telepon, Sabtu (13/6/2020).
Baca juga: Hasil Rapid Test Pria Ini Reaktif Hamil, Keluarga Marah Datangi Tempat Karantina
Walaupun sudah mendatangi lokasi karantina, Ferdinan mengaku belum ada jawaban dari penanggung jawab lokasi karantina.
"Petugas hanya pasrah saja. Katanya silakan lapor saja di mana pun," ujar dia.
Hal senada juga disampaikan pihak kelurga lainnya, Naomi Toulasik. Ia mengatakan keluarga ragu atas hasil rapid test tersebut.
Baca juga: Tak Bawa Surat Rapid Test, 104 Penumpang Ditolak Naik Kereta Api
Menurut Naomi, petugas kesehatan yang menangani masalah tersebut tidak menjalankan tugas dengan baik sehingga hasil yang dikeluarkan tidak sesuai.
Dia pun meminta para petugas medis tidak main-main dengan virus yang mematikan itu.
"Kami minta petugas jangan main-main dengan penyakit ini, karena sudah memakan banyak korban," tegas dia.
Baca juga: Alasan Takut, Hanya 5 Orang Ikut Rapid Test Massal Dishub Salatiga
"Hari ini (13 Juni), kami mengakui kesalahan itu dan mengoreksinya dengan menerbitkan hasil pemeriksaan laboratorium yang benar," ujar juru bicara, Widyanto P Adhy.
Namun Adhy enggan menjelaskan detail proses kekeliruan rapid test tersebut.
Baca juga: Turis ke Pangandaran, Bawa Hasil Rapid Test atau Dipaksa Pulang
"Menurut saya, tidak penting diberitakan bagaimananya. Tapi, yang sudah dilakukan untuk memastikan tidak terjadi kesalahan yang sama lagi," ujar Adhy.
"Pembinaan staf, konsolidasi internal staf, dan penguatan pengawasan sudah dilakukan," kata dia.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Sigiranus Marutho Bere | Editor: Robertus Belarminus)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.