Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hadapi Telur Infertil, Peternak Unggas di Blitar Surati Jokowi

Kompas.com - 13/06/2020, 08:27 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

 

Karena jumlahnya yang cukup banyak itu menyebabkan banjirnya stok telur di masyarakat.

Sukarman menambahkan, harga telur infertil di pasaran cukup murah.

Saat itu per kilogramnya dibanderol Rp 11.000. Kontan saja harga ini menyeret turunnya harga telur layer, yang saat itu sudah cukup murah kisaran Rp 16.000, dipaksa sama dengan harga telur infertil.

"Dampaknya, telur layer jatuh, sampai Rp 11.000," kata Sukarman.

Baca juga: 4 Kuintal Telur Infertil di Pasar Tasikmalaya Diduga dari Lampung

Kondisi tersebut semakin membuat peternak rakyat semakin terpuruk. Mereka mulai melakukan perlawanan atas apa yang mereka alami.

Sukarman menceritakan, koperasi yang dipimpinnya bersama dengan paguyuban peternak unggas di Blitar mengambil sikap. Orientasinya penyelamatan peternak rakyat.

Pertama, untuk menghindari kerugian semakin besar apalagi gulung tikar, mereka mengusulkan kepada pemerintah pusat agar komoditas telur masuk dalam item bantuan sosial Covid-19.

Usulan itu mereka sampaikan melalui surat pada 30 April 2020 ke empat kementerian, yakni Kementerian Sosial, Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian Pertanian, serta Kementerian Keuangan.

Pada waktu yang bersamaan, di lini pengamanan pasar, mereka mengadukan masalah telur infertil itu ke Satgas Pangan Polri.

Mereka bersurat meminta Satgas Pangan melakukan penindakan.

Baca juga: INFOGRAFIK: Telur Infertil dan Ciri-cirinya

Dasar aduan itu mengacu pada Surat Edaran Dirjen PKH Kementerian Pertanian Nomor 2804/PK.420/F/04/2017 perihal pelarangan peredaran telur bertunas (HE) dan telur infertil ke pasar tradisional serta larangan memperdagangkan telur infertil untuk konsumsi dalam Permentan Nomor 32 Tahun 2017.

"Hingga seminggu setelah surat itu tidak ada respons dari Satgas Pangan," kata Sukarman.

Tidak adanya respons itu membuat mereka mengadu ke jenjang yang lebih tinggi.

Apalagi keberadaan telur infertil masih cukup masif dan harga telur layer saat itu masih di kisaran Rp 13.000.

"Saya memberanikan diri mengirim surat ke Pak Presiden," lanjut Sukarman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com