Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sulit Tampilkan Wisata Budaya Saat New Normal, Bali Ingin Genjot Wisata Alam

Kompas.com - 27/05/2020, 15:41 WIB
Kontributor Banyuwangi, Imam Rosidin,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

DENPASAR, KOMPAS.com - Dunia disebut akan memasuki era baru atau new normal dengan adanya pandemi virus corona atau Covid-19.

Bali saat ini tengah menyusun standar operasional prosedural (SOP) pariwisata untuk bisa beradaptasi di era tersebut.

Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardha Sukawati mengatakan, wisata alam akan dijadikan andalan di era baru pariwisata.

Pertimbangan menggenjot wisata alam ini karena wisata budaya yang jadi andalan selama ini akan sulit ditampilkan saat vaksin Covid-19 belum ditemukan.

Baca juga: Buleleng Bali Diguncang Gempa Kedalaman 10 Km, Terasa hingga Denpasar

Pria yang akrab disapa Cok Ace ini mencontohkan seperti Tari Kecak yang melibatkan banyak penari di depan ribuan wisatawan.

Jika ditampilkan, maka akan kesulitan menerapkan protokol kesehatan seperti penggunaan masker dan pengaturan jarak.

"Jadi, sementara budaya beluk bisa kita tampilkan secara utuh sebagaimana sebelumnya, mari kita jadikan alam Bali sebagai daya tarik. Ini sudah waktunya kita perhatian alam Bali," kata Cok Ace, dalam webinar menyongsong normalitas kehidupan yang baru pasca-pandemi Covid-19, Rabu (27/5/2020) siang.

Cok Ace mengatakan, selama ini 65 persen wisatawan ke Bali karena wisata budaya seperti tarian dan upacara keagaman dan adat.

Kemudian, 30 persen ke Bali karena wisata alam seperti keindahan alam yang meliputi pantai, gunung, dan sungai.

Adapun 5 persen sisanya merupakan atraksi atau wisata buatan.

Terkait wisata alam, Bali memiliki posisi strategis karena diapit oleh Samudra Pasifik dan Samudera Hindia.

Kemudian, diapit oleh benua Asia dan benua Australia.

Bali memiliki alam indah dengan perpaduan gunung, laut dan, sungainya.

Selain itu, masyarakat Bali juga mempercayai di luar dirinya masih ada kekuatan lain yang hidup di Bali.

Kekuatan tersebut dijalin melalui kegiatan-kegiatan upacara untuk mengharmonikan alam dengan manusia Bali.

Baca juga: Hendak Bersandar, Kapal Nelayan Bali Diusir dari Kepulauan Aru

Hal ini yang membuat hubungan manusia dan alam Bali terjalin secara terus-menerus dan harmonis.

Alam Bali yang juga memiliki temperatur suhu yang sangat stabil. Saat musim hujan, tak sampai terjadi banjir dan saat musim kemarau juga tak terlalu panas.

"Dengan perpaduan gunung, laut, dan sungai, nyaris temperatur suhu alam Bali merata. Ini luar bisa kalau kita kaitkan dengan statement para ahli bahwa diatas 26 derajat, virus corona tidak bisa hidup. Maka, Bali memiliki potensi untuk bertahan melawan virus tersebut," kata dia.

Cok Ace mengaku, saat ini masih dirancang untuk mengembangkan kawasan pariwisata dengan mengandalkan alam Bali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com