Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Punya Identitas dan Ditolak Rumah Sakit, Fakta Kakek Reaktif Corona Meninggal di Angkot

Kompas.com - 04/05/2020, 09:45 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Seorang kakek tanpa identitas ditolak rumah sakit dan akhirnya meninggal di dalam angkot saat menuju Puskesmas Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Sabtu (2/5/2020).

Setelah itu, kakek yang diketahui bernama Agus Bulalo dimakamkan sesuai protokoler penanganan pasien Covid-19.

Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Sumedang Herman Suryatman, menjelaskan, almarhum sempat menjalani rapid test dan hasilnya reaktif. 

"Jadi artinya belum tentu positif corona, tapi dipulasara dan dimakamkan sesuai dengan protokol Covid-19. SOP-nya seperti itu," tutur Herman, Minggu (3/5/2020). 

Baca juga: Ditolak Rumah Sakit, Seorang Kakek Reaktif Corona Meninggal di Angkot

Warga tak perlu khawatir

Herman menambahkan, setelah meninggal, sopir angkot membawa almarhum ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumedang.

Lalu, petugas rumah sakit segera memulasara dan memakamkan jenazah sesuai dengan prosedur Covid-19.

Sementara itu, sopir angkot yang menolong Agus pun juga sudah menjalani rapid test, dan hasilnya negatif.

"Demi kemanusiaan, tadi malam kami telah memulasara dan memakamkan jenazah almarhum yang tidak beridentitas ini," ujar Herman kepada Kompas.com melalui WhatsApp, Minggu (3/5/2020).

 

Baca juga: Ibu Muda di Bogor Disekap dan Dianiaya Suami, Berhasil Kabur Loncat dari Plafon Toilet

Herman menjelaskan, warga tidak perlu khawatir dengan insiden tersebut. Korban belum pasti positif corona, dan proses pemakamannya sudah sesuai standar yang ditentukan WHO.

"Takut itu wajar agar selalu waspada. Yang tidak boleh itu ketakutan karena akan mengesampingkan logika. Kejadian ini di luar kehendak kita, sebagai manusia beriman dan berakal budi, kita harus mengurus jenazah sebagaimana mestinya. Ini tugas kemanusiaan. Kemuliaan kita sebagai mahkluk sosial ditentukan oleh empati dan kepedulian kita kepada sesama," kata Herman.

Catatan redaksi soal rapid test

Rapid test merupakan teknik pengetesan keberadaan antibodi terhadap serangan kuman di dalam tubuh. Hasil rapid test tak boleh dan tak bisa digunakan secara mandiri untuk mengonfirmasi keberadaan atau ketiadaan infeksi virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 di dalam tubuh.

Untuk mengonfirmasi keberadaan virus corona secara akurat dalam tubuh seseorang harus dilakukan test swab dengan meteode PCR (polymerase chain reaction).

Baca selanjutnya di https://www.kompas.com/sains/read/2020/04/03/080300423/setelah-rapid-test-tes-pcr-diperlukan-untuk-pastikan-virus-corona.

Hasil tes dari rapid test adalah reaktif (ada reaksi terhadap keberadaan antibodi) atau non-reaktif (tidak ada reaksi terhadap keberadaan antibodi).

Jika Anda sempat membaca hasil rapid test adalah positif atau negatif, harus dimaknai sebagai positif atau negatif terhadap keberadaan antibodi dalam tubuh, bukan positif atau negatif terhadap keberadaan virus corona penyebab Covid-19.

(Penulis: Kontributor Sumedang, Aam Aminullah | Editor: Farid Assifa)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com