Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wawancara Khusus: Buka-bukaan Ridwan Kamil Soal Penanganan Covid-19 di Jabar

Kompas.com - 02/05/2020, 13:38 WIB
Dendi Ramdhani,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 memporak-porandakan  seluruh lini kehidupan di hampir seluruh negara, tak terkecuali di Indonesia. Dari mulai urusan hidup dan mati, hingga menyasar periuk nasi.

Sejak kasus pertama Covid-19 diumumkan Presiden Joko Widodo pada awal Maret 2020 lalu, seluruh daerah menyiapkan strategi untuk berperang melawan virus itu.

Mulai penerapan protokol kesehatan, hingga menyiapkan jaring pengamanan sosial untuk warga. 

Baca juga: Dari 4 Provinsi, Jabar Dinilai Paling Responsif Tangani Covid-19

Jawa Barat jadi salah satu daerah dengan angka kasus tertinggi mengingat sebagai wilayah terdekat dengan Jakarta sebagai episentrum penyebaran.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pun punya tantangan besar untuk menyelamatkan wilayah, populasi seperempat penduduk Indonesia itu. 

Pria yang karib disapa Emil itu pun buka-bukaan soal perjuangan menangani Covid-19 di Jabar. Kompas.com berkesempatan mewawancarai Emil pada Jumat (2/5/2020) malam.

Berikut petikan wawancaranya.

- Apa yang ada di benak Kang Emil ketika kasus Covid-19 tiba di Jawa Barat dan langkah apa yang dilakukan? 

Saya kira Covid-19 ini tidak memilih geografis tidak memilih ekonomi. Dia menghancurkan semua lini kehidupan di semua negara. Mungkin teori menduga kalau negaranya kuat ekonominya bagus covid-nya cepat beres. Ternyata tidak. Kita menduga mereka yang kapasitas kesehatan dan teknologinya canggih bisa lebih cepat, ternyata tidak.  Jadi ini mengindikasikan, level Presiden, Gubernur, wali kota di semua negara itu sama. 

Pada Maret itu kondisi psikologi waswas sambil berharap mitos corona mati di suhu tropis dan lain-lain. Karena tidak ada pengalaman terus terang, seluruh sistem ini tidak mengkondisikan diri pada kesiapan-kesiapan yang seharusnya. Menyiapkan APD, ruang isolasi, ventilator, pengetesan, tidak ada sama sekali. 

Baca juga: Ridwan Kamil Ingin PSBB Bandung Raya Jadi yang Terbaik di Indonesia

Jadi semua baru bergerak pada hari pertama diumumkan oleh Presiden. Di hari itu gerakan kita adalah mengirimkan 10.000 masker ke Depok. Dari situ mulai kita melihat bahwa Jabar pasti masuk yang paling besar (kasusnya) karena dekat dengan episentrum yaitu Jakarta.

Dan Covid-19 ini penyakit kerumunan, semakin padat wilayah semakin banyak covidnya. Maka di Jabar pun yang banyak ditemukan mayoritas di wilayah zona metropolitan Bodebek, Bandung Raya. Makin ke kabupaten makin sedikit.

- Bagaimana strategi penanganannya ?

Perang melawan covid ini kami bagi tiga layer atau tiga benteng. Yakni pencegahan, pelacakan dan perawatan. Jangan sampai Covid-19 ini langsung lompat menembus benteng satu dua ke benteng tiga yang mengakibatkan pasti rumah sakit keteteran. Nanti seperti Ekuador tidak ada pencegahan, pelacakan, langsung bergelimpangan.

Karena itu Jabar merespons isu Covid-19 ini dengan belajar dari negara yang baik menurut WHO. Makanya sampai sekarang yang dipakai di Jawa Barat adalah Korea Selatan. Di mana tidak ada lockdown tapi memasifkan tes dan mendisiplinkan warganya.  Hari ini, metode itu sudah dilakukan.

Kita provinsi yang banyak mengetes sudah 100 ribu dan melakukan PSBB.  Per hari ini dengan pengkondisian benteng pencegahan maka kampanye PSBB dilakukan, kalau bocor kita lokalisir di benteng kedua di-tracing, baru dari sekian persen yang positif yang betul harus butuh perawatan masuk benteng ketiga dirawat yang per hari ini 55 persen yang dipakai jadi kapasitas masih cukup. 

Baca juga: Pilkada Serentak Jabar Ditunda, Kemungkinan Terselenggara Desember 2020

Dan terbukti hari ini sejak adanya larangan mudik kasus menurun tajam yang menunjukan selama ini banyak imported case. Kalau klaster di Jabar tak ditemukan lagi hanya empat kan, klaster Bogor Bogor Karawang dan Lembang.

Yang ada hanya imported case dan lokal infeksi. Imported case makin menurun dengan ditutupnya pintu mudik. Maka dengan PSBB, bulan Ramadhan orang banyak di rumah, imunitas meningkat, pengetesan masif itu harapan kita dalam mengunci. 

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com