KOMPAS.com- Berbagai upaya mencegah penyebaran virus corona dilakukan, salah satunya dengan menyemprotkan cairan disinfektan.
Namun, penyemprotan disinfektan pada tubuh manusia masih menjadi kontroversi.
Di Jawa Tengah, Gubernur Ganjar Pranowo kukuh menolak penyemprotan disinfektan pada tubuh seseorang.
Namun di Surabaya, Jawa Timur, Wali Kota Tri Rismaharini tetap melakukannya melalui bilik disinfektan.
Berikut beda sikap Risma dan Ganjar mengenai penyemprotan disinfektan ke orang:
Baca juga: Soal Cairan Disinfektan, dari Penggunaan Bilik, Lama Penyemprotan hingga Bahayanya...
Sebab, kata Ganjar, hal itu sangat membahayakan kesehatan.
"Saya melihat di desa-desa, banyak sekali penyemprotan. Saya minta, hentikan penyemprotan pada orang, apalagi penyemprotan dilakukan tanpa ada pelindung diri. Itu bisa membahayakan," kata Ganjar.
Ia meminta, disinfektan hanya disemprotkan pada benda mati saja.
Selain itu, kandungan bahan yang disemprotkan harus dikonsultasikan dengan ahli.
Jangan sampai, kata Ganjar, masyarakat menghirup kandungan berbahaya.
"Tolong kalau bisa hindari penyemprotan itu. Kalau memang harus dilakukan semprotlah di benda-benda mati yang sering dipakai nongkrong atau sering dipegang," kata dia.
Prosedur pasca-penyemprotan, kata Ganjar, juga harus diperhatikan.
"Tunggu sampai empat jam baru bisa masuk kembali. Itu cukup untuk menetralisir dan menghindari sesuatu yang tidak diinginkan," kata dia.
Baca juga: 3.000 Liter Arak Sitaan di Bali Disulap Jadi Disinfektan, Polda Gandeng Universitas Udayana
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.