Salin Artikel

Beda Sikap Ganjar dan Risma Soal Penyemprotan Disinfektan ke Tubuh Manusia

Namun, penyemprotan disinfektan pada tubuh manusia masih menjadi kontroversi.

Di Jawa Tengah, Gubernur Ganjar Pranowo kukuh menolak penyemprotan disinfektan pada tubuh seseorang.

Namun di Surabaya, Jawa Timur, Wali Kota Tri Rismaharini tetap melakukannya melalui bilik disinfektan.

Berikut beda sikap Risma dan Ganjar mengenai penyemprotan disinfektan ke orang:

Sebab, kata Ganjar, hal itu sangat membahayakan kesehatan.

"Saya melihat di desa-desa, banyak sekali penyemprotan. Saya minta, hentikan penyemprotan pada orang, apalagi penyemprotan dilakukan tanpa ada pelindung diri. Itu bisa membahayakan," kata Ganjar.

Ia meminta, disinfektan hanya disemprotkan pada benda mati saja.

Selain itu, kandungan bahan yang disemprotkan harus dikonsultasikan dengan ahli.

Jangan sampai, kata Ganjar, masyarakat menghirup kandungan berbahaya.

"Tolong kalau bisa hindari penyemprotan itu. Kalau memang harus dilakukan semprotlah di benda-benda mati yang sering dipakai nongkrong atau sering dipegang," kata dia.

Prosedur pasca-penyemprotan, kata Ganjar, juga harus diperhatikan.

"Tunggu sampai empat jam baru bisa masuk kembali. Itu cukup untuk menetralisir dan menghindari sesuatu yang tidak diinginkan," kata dia.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini telah menyiapkan bilik disinfektan di wilayahnya.

Bilik tersebut akan menyeterilkan orang yang masuk ke dalam bilik dengan menyemprotkan cairan disinfektan.

Risma memastikan, cairan tersebut tidak mengandung klor dan aman digunakan.

Ia memaparkan, ada dua macam disinfektan yang dipakai.

Cairan yang digunakan di bilik, aman bagi manusia. Sedangkan cairan lainnya, biasa digunakan untuk menyemprot benda-benda mati oleh petugas.

"Kita sudah konsultasi dengan Departemen Farmasi Universitas Airlangga Surabaya, guru besar Bu Ratna kepala departemennya, beliau menyampaikan cairan disinfektan kita aman," kata Risma, seperti dilansir Tribun Jatim.

Risma menggunakan biik disinfektan untuk menyeterilkan virus secara menyeluruh.

Gagasan itu ia temukan saat membaca artikel mengenai penggunaan bilik disinfektan di Vienam untuk mencegah penyebaran Covid-19.

"Karena virus ini nempel lama di logam. Nah, dengan masuk bilik, seperti ikat pinggang, kancing bisa kena. Juga kacamata," ujar dia.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Semarang, Riska Farasonalia | Editor : Khairina)

https://regional.kompas.com/read/2020/04/02/06000051/beda-sikap-ganjar-dan-risma-soal-penyemprotan-disinfektan-ke-tubuh-manusia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke