Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim, Pesisir Indonesia Terancam Tenggelam: Mereka yang Bertaruh Nyawa (2)

Kompas.com - 26/03/2020, 13:03 WIB
Rachmawati

Editor

"Kita hanya berserah".

Ancaman tenggelam yang dihadapi pesisir Kalimantan Barat, dipahami betul oleh Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji.

Pria yang pernah menjabat sebagai walikota Pontianak selama dua periode itu mengatakan topografi Pontianak hanya 0,2 - 1,2 cm di atas permukaan air laut. Sedangkan pasang laut lebih dari 1 m, kadang 1,5 m.

Sehingga, pada bulan Desember di Pontianak ada beberapa titik yang tergenang, termasuk Sungai Kakap dan beberapa area yang berada di cekungan.

"Kita selama ini tidak pernah berbicara mengenai topografi secara utuh sebagai panduan untuk perencanaan pembangunan, sehingga kadang ada daerah cekungan yang dijadikan permukiman. Harusnya kan tidak."

Baca juga: Senin Malam, Banjir Satu Meter Masih Merendam Cipinang Melayu

"Daerah cekungan inilah paling padat penduduknya, pasti tergenang," jelas Sutarmidji.

Kubu Raya berada di daerah cekungan sehingga menyebabkan ketika hujan deras, tanah gambut tergerus, membuat pemukaan tanahnya semakin turun.

"Kalau Pontianak tergenang, daerah lain sudah pasti kena, sebagian besar tergenang di pesisir itu dan intensitasnya semakin tahun makin tinggi," kata dia.

"Apalagi di sini kawasan pergerakan tanah semakin banyak. Tanah kita tuh labil sehingga pergerakan [semakin banyak]," kata dia.

Baca juga: Kerugian akibat Banjir Karawang Diperkirakan Mencapai Rp 44 Miliar

Seorang anak di Kubu Raya harus melalui genangan banjir rob demi menempuh pendidikan BBC Indonesia/Ayomi Amindoni Seorang anak di Kubu Raya harus melalui genangan banjir rob demi menempuh pendidikan
Sutarmidji mengungkapkan, Kalimantan Barat menghadapi ancaman ekologi dari berbagai penjuru, tidak hanya pesisir yang terdampak pemanasan global, namun juga alih fungsi lahan yang membuat penurunan muka tanah semakin parah.

Salah satunya, penambangan bauksit yang merajalela di Kalimantan Barat. Padahal, menurut Sutarmidji, bauksit merupakan penyeimbang tanah yang labil.

"Begitu ditambang, permukaan tanah turun," tegasnya.

Baca juga: Banjir Bandang Terjang Agam, Satu Jembatan Putus

Sementara itu, alih fungsi lahan yang terjadi di Kalimantan Barat, mengakibatkan ketika cuaca ekstrem terjadi, air dari hulu mengalir deras dan berdampak pada warga yang tiinggal di hilir.

"Tanaman lokal sudah tidak ada, diganti tanaman pendatang seperti sawit."

"Hilir yang paling menderita. Masyarakat menengah ke bawah pasti menderita. Ini yang kita tidak mau sehingga kita harus antisipasi dari awal," kata dia.

Baca juga: Bupati Bogor Soal Corona: Lebih Baik Bagi-bagi Masker dan Hand Sanitizer serta Antisipasi Banjir

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com