Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim, Pesisir Indonesia Terancam Tenggelam: Mereka yang Bertaruh Nyawa (2)

Kompas.com - 26/03/2020, 13:03 WIB
Rachmawati

Editor

'Perubahan iklim sudah menjadi kenyataan'

Selama dua puluh tahun meneliti penurunan muka tanah di Indonesia yang bisa menenggelamkan daratan di kemudian hari, Heri mengatakan respon pemerintah selama ini "masih lambat".

"Awalnya mereka tidak percaya, akhirnya seiring waktu percaya, kemudian mengambil langkah-langkah, tapi kelihatannya masih sedikit lambat," akunya.

Masyarakat yang tinggal di pesisir pun, menurut Heri, sebagian besar masih belum memahami ancaman banjir permanen ini.

"Masih banyak yang tidak aware, mungkin fenomena alam. Dan di Indonesia unik, bahwa ujung-ujungnya ke pasrah, [karena menganggap] semuanya dari Tuhan," katanya.

Baca juga: Perubahan Iklim dan Aset Terbengkalai Perusahaan Energi

Akan tetapi, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ruandha Agung Sugardiman mengungkapkan pihaknya sudah memetakan daerah-daerah mana yang terdampak dan beberapa kali mengingatkan pemerintah daerah dan warga di daerah bahwa "perubahan iklim sudah menjadi kenyataan".

"Jadi betul di pantai utara Jawa dan pantai timur Sumatra itu selain kenaikan muka air laut juga ada subsidence dari tanah di sana karena gambutnya dikeringkan, sehingga ada double effect, dari air laut, juga adanya subsidence tanah di situ."

Baca juga: Banjir Jakarta Akibat Perubahan Iklim, Ini Upaya yang Bisa Dilakukan

Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji mengungkapkan yang menjadi pekerjaan rumah kini adalah membuat masyarakat yang tinggal di pesisir, yang merupakan golongan ekonomi lemah dan belum sepenuhnya sadar akan ancaman perubahan iklim, untuk mulai mengubah perilaku.BBC Indonesia/Ayomi Amindoni Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji mengungkapkan yang menjadi pekerjaan rumah kini adalah membuat masyarakat yang tinggal di pesisir, yang merupakan golongan ekonomi lemah dan belum sepenuhnya sadar akan ancaman perubahan iklim, untuk mulai mengubah perilaku.
"Ini yang harus disadarkan ke masyarakat bahwa ini sudah bukan cerita lagi, ini sudah terjadi betul. Oleh karena itu kita harus segera melakukan upaya nyata bagi masyarakat," ungkapnya.

Adapun hasil survei yang dilakukan sebuah komunitas global YouGov tahun lalu, menyebut 18% orang Indonesia meyakini bahwa perilaku manusia bukanlah penyebab perubahan iklim saat ini.

Indonesia sendiri menempati peringkat pertama sebagai negara yang membantah terjadinya perubahan iklim akibat ulah manusia dari 23 negara yang dilakukan survei.

Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji mengungkapkan yang menjadi pekerjaan rumah kini adalah membuat masyarakat yang tinggal di pesisir, yang merupakan golongan ekonomi lemah dan belum sepenuhnya sadar akan ancaman perubahan iklim, untuk mulai mengubah perilaku.

Baca juga: Hujan Deras, Kecamatan Sukajaya di Bogor Kembali Banjir dan Longsor

"Itu sudah kita lakukan, cuman kadang masyarakat ini kan kalau belum ada korban dia belum kapok. Itu ada korban baru ribut.

"Harus ada penanganan mitigasi bencana yang komprehensif, semua harus dalam kepentingan jangka panjang anak cucu kita," kata dia.

Relokasi warga yang tinggal di kawasan rawan, disebut Sutarmidji sebagai salah satu solusi.

Sementara, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan akan menangani masalah tersebut "kasus per kasus", dengan mengedepankan pendekatan pembangunan infrastruktur dan sosial.

Baca juga: Industri Tekstil Indonesia: Banjir Impor hingga Corona

"Case by case, tidak ada yang tunggal."

"Jadi upamanya, di Pekalongan di beberapa titik dibuat tanggul. Kemudian, Semarang - Demak dibuat tol, tolnya saya minta dibuat tanggul. Tapi sementara di beberapa lain yang masih ada potensi untuk dihijaukan, dihijaukan," jelasnya.

Tulisan ini merupakan bagian dari laporan seri tentang Pesisir Indonesia yang terancam tenggelam di situs BBC News Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com