Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risma Terima Pesanan Bilik Sterilisasi dari IT Telkom Surabaya, akan Disebar untuk Cegah Covid-19

Kompas.com - 21/03/2020, 15:46 WIB
Ghinan Salman,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menerima dua contoh bilik sterilisasi atau sterillization chamber yang dikembangkan Institut Teknologi Telkom Surabaya di Rumah Dinas Wali Kota Surabaya, Sabtu (21/3/2020).

Dua tipe bilik sterilisasi itu, yakni tipe chamber (ruangan) dan tunnel (terowongan).

Alat tersebut dibuat karena diklaim bisa menekan laju penyebaran virus corona atau Covid-19.

Risma mengatakan, sebenarnya sudah banyak yang membuat bilik sterilisasi ini.

Baca juga: Bilik Sterilisasi Corona, Bentuk Perlawanan Risma dan IT Telkom Surabaya terhadap Covid-19

Bahkan, ada yang membuat seperti tenda dan ada yang seperti tempat cuci mobil.

Akhirnya, Risma terpikirkan untuk membuat alat semacam itu untuk sterilisasi Covid-19 di Surabaya.

"Jadi, ini lebih sempurna ketimbang cuci tangan. Kalau cuci tangan kan hanya membersihkan virus dan kuman yang ada di tangan, tapi kalau seperti ini kan bisa seluruh badan," kata Risma, seusai menerima bilik strerilisasi itu.

Ia menyampaikan, bilik sterilisasi ini masih terus disempurnakan, termasuk cairannya yang masih dibuat oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya.

 

Bahkan, bagian bawahnya yang sebelumnya dipasangi karpet juga akan diganti dengan bahan khusus anti kuman seperti bahan yang dipakai setelah keluar dari kamar operasi.

"Bilik-bilik semacam ini akan kami bikin sebanyak-banyaknya. Dinas Cipta Karya juga baru bikin semacam ini,” tegas dia.

Rektor Institut Teknologi Telkom Surabaya Tri Arif Sardjono mengaku, sengaja membuat dua tipe bilik sterilisasi, yaitu tipe chamber (ruangan) dan tunnel (terowongan).

Menurut dia, perbedaan dua tipe bilik sterilisasi itu terletak pada sistem kerjanya.

Untuk model chamber cairan disinfektannya diputar jadi uap lalu diarahkan ke ruangan (bilik).

Sedangkan tipe tunnel, cairannya disedot lalu disemprotkan dari berbagai sisi.

Baca juga: Bilik Sterilisasi Virus Corona Permintaan Risma Masih Berupa Prototipe

"Kami belum tahu ini lebih efektif yang mana. Saya kira akan banyak muncul banyak tipe, karena ini masih sangat basic, sangat mendasar," ujar dia.

Namun, setelah berdiskusi dengan wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya itu, Risma nampaknya lebih suka dengan bilik sterilisasi tipe tunnel.

Menurut Arief, Risma meminta bilik sterilisasi tipe tunnel itu diperbaiki beberapa desainnya dan diperbanyak lagi untuk diletakkan di berbagai tempat di Kota Surabaya.

 

Sementara ini, bilik sterilisasi tipe tunnel ini akan diletakkan di sekitar Balai Kota dan rumah dinas Wali Kota Surabaya.

Sedangkan yang tipe chamber akan langsung digunakan dan akan diletakkan di Rumah Dinas Wali Kota Surabaya.

Tri Arief Sardjono juga memastikan bahwa yang paling penting dalam membuat bilik ini adalah disinfektan yang akan membunuh kuman dan virus yang mungkin menempel di seluruh badan.

Baca juga: Kelakar Risma soal Surabaya Masuk Zona Merah Covid-19: Memang Zona Merah, karena PDI-P

Karenanya, ia mengaku masih akan bekerja sama dengan beberapa kampus lain untuk meneliti penangkal virus Covid-19 ini, seperti Institut Teknolosi Sepulun November (ITS) dan Institut Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga.

"Jadi, nanti bergerak paralel. Untuk sementara, ini bisa digunakan dulu sembari saya dan teman-teman kampus lain akan melakukan pengujian, termasuk tentang virus Covid-19 ini matinya pada apa? Itu yang akan kami uji dan pengujian itu membuat waktu lama, sehingga ini bisa digunakan dulu untuk memutus mata rantai penyebarannya," kata Arief.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com