KOMPAS.com - Jumlah pasien demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Sikka, NTT terus meningkat sejak Januari hingga Maret 200.
Hingga Selasa (10/3/2020) tercatat ada 1.190 kasus dan 14 pasien meninggal karena DBD di Kabupaten Sikka.
Di tahun 2020, Pemkab Sikka telah menetapkan empat kali status kejadian luar biasa (KLB) DBD.
Terakhir, Kabupaten Sikka memperpanjang KLB DBD pada Kamis (4/3/2020) hingga 14 hari ke depan.
Baca juga: Selama Status KLB, Pasien DBD di Sikka Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan
“Pemerintah memperpanjang masa KLB mulai hari ini sampai 14 hari ke depan. Status KLB ini sudah masuk tahap 4. Kami berharap, kasus DBD di Sikka ini akan segera berakir,” jelas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka Petrus Herlemus, Kamis.
Jumlah penderita DBD di Sikka terbanyak di NTT.
Hingga Minggu (8/3/2020) tercatat 2.697 penderta DBD yang tersebar di 20 kabupaten dan kota di NTT.
Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan NTT Erlina R Salmun, di NTT hanya Kabupaten Sumba Tengah yang bebas DBD.
Baca juga: Menkes: Kita Sudah Kerja Keras, 13 Pasien DBD di Sikka Meninggal karena Kehendak Tuhan
Ia mengaku penanganan sampah di Sikka lemah sehingga banyak sampah botol, gelas plastik menampung air dan menjadi berkembangnya nyamuk.
"Persoalan kita adalah kebersihan. Kalau lebih ekstrem orang bilang jorok. Kita lihat saja sampah masih berserakan di mana-mana," ungkap Roberto, kepada awak media, Senin (9/3/2020).
Baca juga: DBD di Sikka terus Meningkat, Sampah Jadi Penyebab
Ia menjelaskan masalah samlah tak tertangani dengan baik karena petugas kebersihan masih kurang.
"Jadi, gerakan pemberantas sarang nyamuk (PSN) massal, selain memberantas sarang nyamuk, ini juga momentum kita melakukan pembenahan," ungkap Roberto.
Pada Senin (9/3/2020) hingga 14 hari ke depan, Roberto telah menginstruksikan seluruh pihak melaksanakn gerakan pemberantasan sarang nyamuk secara massal.
Baca juga: KLB Deman Berdarah Dengue, 1.145 Orang Dirawat, Petugas Medis di Kabupaten Sikka Ditambah
Hal itu dilakukan sebagai upaya menurunkan angka kematian di NTT menjadi nol.
"Kita membawa bantuan peralatan dan obat-obatan seperti yang dilihat. Pemerintah pusat akan mensupport terus sesuai dengan arahan dari presiden Jokowi. Nanti para dokter dan perawat dari Jakarta akan tinggal di sini sampai masalah DBD selesai," ujar Terawan kepada awak media di RSUD Tc Hillers Maumere, Senin (9/3/2020).
Ia berharap tak ada lagi penambahan korban DBD di NTT.
"Semua harus berjuang agar bisa mencegah wabah DBD, dan kejadian luar biasa tidak semakin besar dan bisa ditangani," ungkap Terawan.
Baca juga: DBD di Sikka Meningkat, Terawan Bawa 30 Dokter dan 6 Perawat, Tak Pulang Sebelum Warga Sembuh
Pasien DBD akan dibiayai oleh Pemerintah Kabupaten Sikka dengan dana tanggap dadurat.
Sementara itu Kabag Humas Kabupaten Sikka, Very Awales menjelaskan dana tanggap darurat KLB DBD disesuaikan dengan pengajuan 3 rumah sakit yakni RSUD Tc Hillers Maumere, Kewapante, dan Lela.
Baca juga: Korban Terus Bertambah, Menkes Bahas Penanganan DBD di Sikka, NTT
Dana tanggap darurat disiapkan sejak penetapan status KLB DBD tahap pertama hingga keempat.
"Masyarakat tidak perlu ragu dan khawatir membawa keluarga yang ada gejala DBD ke rumah sakit. Selama ini, begitu banyak warga yang membawa keluarga ke rumah sakit. Itu artinya tidak ada kekhawatiran dari mereka untuk masuk rumah sakit," ujar Very.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Nansianus Taris | Editor: Robertus Belarminus, David Oliver Purba)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.