Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca Kasus Delis, Orangtua Murid Dukung Peniadaan Study Tour Sekolah

Kompas.com - 02/03/2020, 10:31 WIB
Irwan Nugraha,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Pengungkapan misteri kematian Delis Sulistina (13) siswi SMPN 6 Tasikmalaya yang tewas dibunuh ayahnya akibat meminta uang study tour oleh Kepolisian, membuat orangtua siswa berani buka suara.

Mereka mendukung Pemerintah Kota Tasikmalaya untuk menghilangkan kegiatan study tour sekolah yang selama ini dirasakan sebagai beban berat.

Bahkan, beberapa sekolah berdalih kegiatan itu tidak wajib tapi memaksa melalui komite sekolah untuk wajib membayar kepada seluruh siswa.

Baca juga: Buntut Kasus Kematian Delis, Wali Kota Tasikmalaya Larang Kegiatan Study Tour di Sekolah

"Kalau sekolahnya biasa beralasan telah mendapatkan persetujuan komite sekolah karena tahu takut disalahkan. Pengurus komite yang dijadikan tameng pihak sekolah," kata Alisia (45) warga Perumahan BRP Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya, Senin (2/3/2020).

"Padahal, orangtua siswa banyak yang tidak dilibatkan dalam rapat, dan tahu-tahu harus bayar biaya itu baik kepada yang ingin ikut atau tidak ikut. Alasannya kebersamaan, pokoknya kita terbebani pungutan berdalih komite seperti itu," lanjutnya.  

Alisia menambahkan, jika persetujuan komite yang selalu dijadikan andalan sekolah untuk memungut biaya ke orangtua menimpa warga tak mampu pasti akan sangat terbebani sekali.

Baca juga: Penjelasan Sekolah soal Study Tour yang Jadi Pemicu Pembunuhan Anak oleh Ayah

 

Utang saudara agar anak berangkat study tour

Dirinya saja mengaku meski taraf ekonomi normal sangat terbenani saat diminta pihak sekolah untuk study tour sebesar Rp 1.500.000 beberapa waktu lalu.

"Jadi sebenarnya SD dan SMP di Tasikmalaya itu beneran gratis atau tidak. Sekolah biasanya bekerja sama dengan komite dan menekan para siswa-siswanya untuk wajib bayar. Terus terang Pak, waktu itu saya sampai pinjam ke saudara agar anak saya bisa berangkat," tambahnya.

Setelah ada keputusan pungutan sekolah yang berdalih komite tersebut, lanjut Alisia, tentunya orangtua murid tak akan tega membiarkan anaknya tak ikut bersama teman-temannya.

Baca juga: Ingin Ikut Study Tour, Pelajar Curi Perhiasan Senilai Ratusan Juta

Sebetulnya hal inilah yang seharusnya dipertimbangkan secara mendalam oleh pihak sekolah, bukan hanya mengaku ke luar sudah ada persetujuan pengurus komite saja.

"Orangtua mana yang tega membiarkan anaknya tidak ikut, sementara teman-teman lainnya ikut. Tapi, kalau ada masalah, sekolah pasti alasannya, kan sudah disetujui komite sekolah, lepas tangan pasti karena tahu dari awal mereka salah," ujar dia.

Baca juga: Gara-gara Uang Study Tour, Ayah Bunuh Siswi SMP yang Tewas di Drainase Sekolah

 

Membebani dan harus dihilangkan

Hal sama diutarakan, Mella (52) warga Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. Menurutnya, pemerintah harus tegas menghilangkan kegiatan-kegiatan yang selalu membebani orang tua murid.

Soalnya, kalau orangtua murid itu biasanya selalu diam dan tak akan protes keputusan sekolah karena takut anaknya dikucilkan oleh para guru-gurunya.

"Ya, jangan sampai kejadian seperti itu terulang kembali, jika kegiatan itu terus diadakan, bukan tidak mungkin kisah tragis yang dialami almarhumah Delis bisa terulang kembali," ungkapnya.

Pihak sekolah pun biasanya selalu mematok biaya yang tak masuk akal dan mahal.

Baca juga: Hilangkan Kecurigaan, Budi Pura-pura Cari Delis Pakai Motor, hingga Memarahi Ibu Kandung

Pungutan berdalih "persetujuan komite sekolah"

Sebetulnya ini kejadian di SD dan SMP Tasikmalaya bukan kali ini saja terjadi terkait pungutan sekolah dengan dalih persetujuan komite sekolah, tapi sudah lama.

"Sekarang saja setelah ada kejadian ini kita pada ngomong. Karena sudah tidak masuk akal sekarang biaya SD dan SMP masih minta ke murid dengan dalih komite sekolah. Lalu, biaya BOS dan program gratis pemerintah bagaimana? Keuntungan saja yang dipikirkan, gaji sudah gede, kewajiban asal-asalan," pungkasnya.

"Iyalah dalam kasus Delis misalnya, masa ke Bandung sehari saja harus empat ratus ribu, ongkos ke Bandung kalau kolektif gitu kan paling seratus ribu PP, terus masa biaya makan sehari sama masuk beberapa tempat yang dikunjungi harus sampai tiga ratus ribu, itu kan tak masuk logika," tambahnya.

Baca juga: Setelah Bunuh Anaknya, Budi Tinggalkan Jasad Delis di Rumah Kosong lalu Kembali Kerja

 

Wali kota Tasikmalaya geram

Sementara itu, Wali Kota Tasikmalaya Budi Budiman mengaku geram awal penyebab kematian Delis Sulistina (13), siswi SMPN 6 Tasikmalaya tewas dibunuh oleh ayah kandungnya gara-gara biaya study tour sekolah.

Budi pun mengaku langsung memerintahkan dinas pendidikan setempat untuk menyelidiki acara study tour di sekolah korban tersebut.

Dirinya pun berjanji permasalahan sama antara anak dan orangtuanya terkait biaya sekolah seperti ini tak akan terulang kembali.

Baca juga: Pengakuan Lengkap Budi Bunuh dan Buang Jasad Anaknya ke Gorong-gorong Sekolah

"Saya sudah perintahkan ke dinas pendidikan untuk segera menyelidiki pihak sekolah terkait acara study tour itu. Saya akan secepatnya mengevaluasi study tour di tiap SD dan SMP di Kota Tasikmalaya. Jangan sampi dijadikan ladang bisnis sekolah tersebut," jelas Budi saat dihubungi wartawan lewat telepon whatsapp, Jumat (28/2/2020).

Budi menambahkan, dinas pendidikan akan secepatnya mengkaji kembali setiap acara study tour di sekolah jangan sampai memberatkan para siswa dan orangtuanya terutama masalah biaya.

Jika sampai selama ini acara study tour itu banyak dikeluhkan oleh para orangtua siswa, Budi mengaku akan menghentikan program tersebut.

Baca juga: Kronologi Ayah Bunuh dan Buang Mayat Anaknya ke Gorong-gorong

"Kami meminta agar dinas pendidikan harus mengkaji secara menyeluruh yang berkaitan dengan study tour sebagai ekstrakurikuler dan jika perlu dihentikan. Karena, langkah tersebut supaya tidak menjadi beban anak dan orang tua. Salah satu kasusnya, ya seperti Delis ini," tambahnya.

Jika diketahui masih ada pungutan ilegal di SD dan SMP Kota Tasikmalaya, Budi mengaku tak akan segan memecat kepala sekolah dan gurunya karena sudah memberatkan para muridnya selama ini.

 

Kasus Delis, dicekik ayah akibat minta uang study tour

Diberitakan sebelumnya, Satuan Reserse Kriminal Polres Tasikmalaya Kota berhasil mengungkap kasus pembunuhan Delis Sulistina (13) siswi SMPN 6 Tasikmalaya yang diketahui tewas di gorong-gorong sekolahnya pada Senin (27/1/2020) lalu.

Pelaku Budi Rahmat (45), merupakan ayah kandungnya sendiri dengan cara dicekik sampai tewas karena kesal dimintai uang oleh korban untuk biaya study tour sekolahnya.

Korban meminta uang untuk study tour sekolahnya ke Bandung sebesar Rp 400 ribu.

Baca juga: Teriakan Histeris Ibu Siswi SMP yang Tewas di Gorong-gorong: Kok Tega Ayahnya Bunuh Anak Sendiri...

"Karena korban merasa pemberian uang ayahnya kurang, korban dibawa ke rumah kosong dan sempat cek cok dengan pelaku. Lokasi rumah kosong itu dekat dengan tempat kerja pelaku sekaligus TKP pembunuhan terjadi," jelas Kepala Polres Tasikmalaya Kota AKBP Anom Karibianto saat Konferensi Pers, Kamis (27/2/2020) siang.

Sampai akhirnya mayat Delis, ditemukan membusuk di dalam gorong-gorong sekolahnya setelah dibunuh oleh ayah kandungnya sendiri beberapa hari sebelumnya. 

Baca juga: Bunuh Anak lalu Buang Jasadnya ke Gorong-gorong Sekolah, Budi Diancam 20 Tahun Penjara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com