Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perundungan Berujung Maut, Gara-gara Panggilan Gendut

Kompas.com - 10/02/2020, 11:44 WIB
Rachmawati

Editor

Sumber Kompas TV

Baru kenal kurang dari sebulan

Ali Heri Sanjaya mengaku belum sebulan mengenal korban Rosidah. Saat di warung makan, Ali mengaku tidak ikut melayani pembeli. Ia membantu untuk membuka warung saat pagi hari dan bersih-bersih warung.

Setelah pekerjaanya selesai, ia kembali ke belakang warung untuk tidur.

Selama kenal di warun makan, menurut Ali Heri Sanjaya, Rosidah beberapa kali mengolok-olok dirinya.

Baca juga: 5 Fakta Program Diet 50 Polisi Gendut di Mojokerto, Digembleng Fisik hingga 3 Masih Kegemukan

"Setiap saya ambil minum ke depan, di hadapan banyak orang, dia mengatakan awas ada sumo. Kan saya malu. Engga jadi ambil minum ke belakang lagi. Besoknya manggil boboho, gendut gitu. Sering itu. Itu bikin saya sakit hati," katanya.

Ali mengaku sudah berencana untuk membunuh Rosida karena sakit hati.

"Setelah membunuh, mungkin kalo tidak jerami saya tidak akan membakar. Saya bakar karena ada jerami dan untuk menghilangkan jejak. Itu saja," katanya.

Baca juga: Antisipasi Kasus Bully di Sekolah, Khofifah: Tugas Guru Tidak Hanya Prestasi Akademik

Bom waktu yang meledak

Betty Kumala Febriawati, psikolog RSUD Blambangan mengatakan pembunuhan yang dilakukan Ali Heri adalah bom waktu yang meledak karena ia lama menahan rasa sakit hati,. Hal tersebut membuat Ali Heri agresif hingga melakukan kekerasan fisik.

"Mengolok atau menghina seseorang entah itu tujuannya bercanda,adalah perilaku bullying. Itu bisa mempengaruhi kejiwaan seseorang," jelas Betty.

Jika tidak mengontrol emosi, menurut Betty, maka korban perundungan bisa melakukan perilaku agresif.

"Perilaku agresif ini ada agresif kekerasan fisik, kekerasan verbal, dan kekerasan seksual. Membunuh ini salah satu perilaku kekerasan fisik," jelasnya.

"Jika tidak terkontrol maka muncullah emosi seperti itu," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com