Salin Artikel

Perundungan Berujung Maut, Gara-gara Panggilan Gendut

Korban adalah Rosidah (18) yang tewas dibunuh kemudian dibakar oleh teman kerjanya, Ali Heri Sanjaya.

Pelaku mengaku sakit hati karena sering dirundung korban dengan panggilan "gendut".

Dilansir dari Kompas TV, Syakoni saksi yang pertama kali menemukan mayat Rosidah awalnya curiga ketika melihat kaki kanan di tumpukan jerami dan terlihat ada percikan api di  tumpukan jerami.

"Ini kakinya orang. Tubuhnya melepuh. Terus saya lapor," katanya.

Rekan kerja di rumah makan

Rosidah adalah seorang pramusaji di salah satu warung makan di Kota Banyuwang. Korban dan pelaku bekerja di warung makan milik Sutrisno.

Menurut keterangan kerabat dan pemilik warung makan, korban dan pelaku memiliki kepribadian yang bertolak belakang.

Rosidah adalah sosok yang periang dan ceplas ceplos. Sementara pelaku Ali Heri Sanjaya adalah sosok yang pendiam.

Namun tak dimungkiri, korban Rosidah sering bercanda dan memanggil Ali dengan sebutan gendut atau boboho.

"Rosidah itu anaknya lucu dan ceplas ceplos. Jadi karena anak seusia gitu enggak mikir risiko. Tingkahnya lucu anak itu. Kalo Ali sehari-harinya sering di dalam kamar. Istrinya yang kerja di sini Kalo pagi Ali sesekali bantu nyapu halaman bantu," kata Sutrisno pemilik warung makan dilansir dari Kompas TV.

Hal tersebut diperkuat oleh keterangan Shella rekan sekerja Rosidah dan Ali Heri Sanjaya. Ia mengatakan pernah mengingatkan agar Rosidah tidak memanggil Ali dengan sebutan gendut.

"Emang dia gitu. Kalo ngomong enggak ada saring-saringannya. Memang sering guyon setiap hari. Periang dia. Kalo mas Ali diam," katanya.

Sella juga mendengar Rosida pernah berkata ke Ali agar jangan makan terus karena sudah gendut dan nanti akan seperti boboho.

"Ali diam saja mungkin tersinggung dan enggak ketawa," katanya.

Ali Sanjaya kemudian merencanakan pembunuhan. Tanggal 24 Januari 2020, pelaku meminta korban untuk diantarkan ke rumahnya. Keduanya berboncengan menggunakan motor milik korban.

Tiba di lokasi kejadian, pelaku yang turun lebih dahulu langsung memukul korban hingga tewas.

Untuk menghilangkan jejak, pelaku kemudian membakar korban. Lalu ia pergi membawa ponsel dan motor milik korban.

Motor dan ponsel tersebut kemudian dijual ke Situbondo seharga Rp 4 juta. Sedangkan ponsel korban dijual seharga Rp 1,2 juta.

Pelaku sempat menggunakan uang hasil penjualan untuk membeli baju istrinya. Sementara sisanya digunakan untuk menebus motornya yang telah digadaikan.

Sebelum berhasil ditangkap oleh polisi, pelaku sempat sembunyi di salah satu hotel.

Kapolresta Banyuwangi, Kombespol Arman Asmara Syarifuddin menegaskan korban meninggal bukan karena dibakar tapi dibunuh lebih dahulu oleh pelaku.

Hal tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan yang menunjukkan bahwa tidak ada bekas asap di tenggorokan korban.

"Korban meninggal dunia karena ada tekanan di leher sebelah kiri. Yang pasti korban kekurangan oksigen. Dan tidak benar korban meniggal karena terbakar," jelas Arman.

Menurutnya, dugaan awalnya ada empat tersangka namun setelah dikerucutkan oleh polisi, diketahui bahwa korban dibunuh oleh Ali Heri Sanjaya, rekan kerjanya di warung makan.

Arman mengatakan pelaku sudah merencanakan seminggu sebelum pembunuhan dilakukan.

Setelah pekerjaanya selesai, ia kembali ke belakang warung untuk tidur.

Selama kenal di warun makan, menurut Ali Heri Sanjaya, Rosidah beberapa kali mengolok-olok dirinya.

"Setiap saya ambil minum ke depan, di hadapan banyak orang, dia mengatakan awas ada sumo. Kan saya malu. Engga jadi ambil minum ke belakang lagi. Besoknya manggil boboho, gendut gitu. Sering itu. Itu bikin saya sakit hati," katanya.

Ali mengaku sudah berencana untuk membunuh Rosida karena sakit hati.

"Setelah membunuh, mungkin kalo tidak jerami saya tidak akan membakar. Saya bakar karena ada jerami dan untuk menghilangkan jejak. Itu saja," katanya.

Bom waktu yang meledak

Betty Kumala Febriawati, psikolog RSUD Blambangan mengatakan pembunuhan yang dilakukan Ali Heri adalah bom waktu yang meledak karena ia lama menahan rasa sakit hati,. Hal tersebut membuat Ali Heri agresif hingga melakukan kekerasan fisik.

"Mengolok atau menghina seseorang entah itu tujuannya bercanda,adalah perilaku bullying. Itu bisa mempengaruhi kejiwaan seseorang," jelas Betty.

Jika tidak mengontrol emosi, menurut Betty, maka korban perundungan bisa melakukan perilaku agresif.

"Perilaku agresif ini ada agresif kekerasan fisik, kekerasan verbal, dan kekerasan seksual. Membunuh ini salah satu perilaku kekerasan fisik," jelasnya.

"Jika tidak terkontrol maka muncullah emosi seperti itu," katanya.

https://regional.kompas.com/read/2020/02/10/11440001/perundungan-berujung-maut-gara-gara-panggilan-gendut

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke