Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Heboh Keraton Agung Sejagat, Kini Viral Kerajaan Kandang Wesi di Garut

Kompas.com - 24/01/2020, 15:15 WIB
Ari Maulana Karang,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

GARUT, KOMPAS.com - Setelah dihebohkan dengan berita tentang Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Sunda Empire di Bandung, dan Kesultanan Selaco di Tasikmalaya, kini viral mengenai keberadaan komunitas yang disebut-sebut sebagai kerajaan di Garut.

Adalah Kerajaan Kandang Wesi, kerajaan yang disebut-sebut ada di Garut, tepatnya berdiri di Kampung Cimareme, Desa Tegalgede, Kecamatan Pakenjeng.

Nurseno SP Utomo adalah orang yang disebut-sebut sebagai raja dari Kerajaan Kandang Wesi. 

Baca juga: Setelah Heboh Keraton Agung Sejagat, Kini Muncul Kesultanan Selaco di Tasikmalaya

Ia mengakui telah mendengar soal berita keberadaan Keraton Agung Sejagat yang raja dan ratunya saat ini menjadi tahanan polisi.

Namun, dirinya membantah bahwa Kerajaan Kandang Wesi sama seperti Keraton Agung Sejagat.

Sebab, dia tidak pernah mendeklarasikan diri sebagai raja.

Baca juga: Buka Cabang sejak 2 Tahun Lalu, Polisi: Keraton Agung Sejagat Direncanakan dengan Detail

 

Klarifikasi gelar raja

 

Pintu gerbang masuk Padrpokan Kandang WesiKOMPAS.COM/ARI MAULANA KARANG Pintu gerbang masuk Padrpokan Kandang Wesi
Gelar raja yang dimilikinya merupakan pemberian dari Maskut Thoyib, Ketua Forum Komunikasi Raja-Raja dan Sultan Nusantara tahun 2015.

"Itu penghargaan atas jasa saya mendirikan Padepokan Syahbandar Kari Madi (SKM) yang saya dirikan tahun 1998," katanya.

Nurseno menjelaskan, Maskut Thoyib adalah kepala budaya di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Baca juga: Ganjar Ingin Eks Keraton Agung Sejagat Jadi Desa Wisata

 

Pemberian gelar tersebut hanya sebagai gelar karena sebenarnya dirinya tidak pernah mendirikan kerajaan.

Pemberian penghargaan ini, menurut Nurseno, dilakukan di Taman Mini Indonesia indah dan disaksikan perwakilan keraton-keraton dan kesultanan di Indonesia dan pemerintah.

Baca juga: Belum Sehat Pascakeguguran, Ratu Keraton Agung Sejagat Minta Penangguhan Penahanan

 

Padepokan silat

Pendopo padepokan kandang wesiKOMPAS.COM/ARI MAULANA KARANG Pendopo padepokan kandang wesi
Nurseno mengaku, dirinya hanya mendirikan sebuah padepokan silat.

Namun, lokasinya berada di daerah yang menurut sejarah dan telah dibuktikan lewat penelitian pernah menjadi lokasi Kerajaan Kandang Wesi.

"Saya hanya jadi pemangku adat saja, untuk menjaga budaya yang ada," katanya.

Baca juga: Setiap Kliwon, Pengikut Keraton Agung Sejagat Lakukan Ritual Kungkum

Nurseno mengakui, dirinya memang mempunyai pengikut, yaitu para murid di padepokan silat.

Namun, tidak ada murid yang memanggilnya raja dan para murid juga tidak pernah merasa sebagai pengikut kerajaan.

Baca juga: Hasil Pemeriksaan Psikologis, Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat Tak Memiliki Gangguan Jiwa

 

Bantah ajarkan aliran sesat

Bagian dalam pendopo padepokan kandangwesiKOMPAS.COM/ARI MAULANA KARANG Bagian dalam pendopo padepokan kandangwesi
Nurseno pun membantah isu soal penyebaran aliran sesat di padepokannya yang sekarang disebut-sebut sebagai kerajaan.

Sebab, dirinya hanya mengajarkan soal seni beladiri yang menjadi adat dan kebudayaan bangsa Indonesia.

"Saya enggak pernah melarang orang shalat, apalagi sampai menyimpang dari ajaran agama, saya hanya mengajarkan beladiri yang jadi adat dan kebudayaan Indonesia," katanya.

Baca juga: Sunda Empire Kembangkan Sayap hingga Aceh? Ini Kata Kesbangpol Aceh Utara

Nurseno mengaku lahir dan dibesarkan di Desa Tegalgede.

Ia menyampaikan, saat ini memang ada padepokan miliknya di Kampung Cimareme, Desa Tegalgede, Kecamatan Pakenjeng.

Tempat ini pula yang sekarang diributkan sebagai kerajaan.

Baca juga: Soal Sunda Empire, Polisi Periksa 8 Saksi dari Kesbangpol, Staf UPI, hingga Ahli Sejarah

 

Kerajaan Kandang Wesi

Jalan masuk kerajaan kandangwesiKOMPAS.COM/ARI MAULANA KARANG Jalan masuk kerajaan kandangwesi
Dari pantauan Kompas.com, tempat yang disebut Kerajaan Kandang Wesi berada di Kampung Cimareme.

Hanya saja, lokasinya berada di tepi perkampungan karena lahannya memang cukup luas, mencapai 1,5 hektar di sisi perbukitan.

Sebuah gerbang kecil dibangun dan dilengkapi dengan pagar besi.

Baca juga: Sultan Putra Kusumah VIII: Kesultanan Selaco Cagar Budaya dan Diakui UNESCO

 

Dari gerbang, ada jalan berbatu yang menghubungkan gerbang dengan sebuah bangunan seperti pendopo yang dijadikan tempat berkumpul. Bangunan ini dibangun tanpa dinding.

Di samping bangunan tersebut, ada sebuah bangunan tembok kecil yang jadi kamar tidur.

Sementara itu, sisa lahan lainnya ada tempat penyimpanan batu-batu yang diduga sisa peninggalan Kerajaan Kandang Wesi.

Baca juga: Kesultanan Selaco Tasikmalaya Ternyata Punya SK KemenkumHAM dan Surat dari PBB

 

Ada juga sebuah mata air kecil yang biasa digunakan untuk mandi batin murid perguruan Syah Bandar Karimadi.

Selain itu, ada juga sebuah lapangan voli kecil, masjid kecil, dan sebuah ruangan tempat parkir mobil. Seluruh lahan masih ditumbuhi pepohonan rindang sehingga tampak asri. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com