Kini, perajin Lendah mendapatkan bantuan satu mesin pemurni limbah jadi air baku.
Bantuan ini sekaligus sebagai proyek percontohan pengolahan limbah yang baik dengan cara yang lebih mudah.
Namun, karena tingginya produksi batik, para perajin butuh mesin pemurni limbah yang lebih banyak.
"Idealnya satu alat untuk empat sampai lima perajin. Saat ini memang masih satu alat yang ada. Kami tetap mencari solusi. Setidaknya 25 perajin itu alatnya lima," kata Umbuk.
Baca juga: Sumur Warga di Kulon Progo Diduga Tercemar Limbah Batik, Ini Kata DLH
Mesin pemurni sendiri merupakan buatan para ilmuwan dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta bekerja sama dengan Kochi University of Technology Jepang.
Mesin itu mampu memurnikan 50 liter limbah itu dalam 30 menit sampai 60 menit.
Hasilnya, air limbah menjadi air baku sehingga bisa dikembalikan ke alam. Air itu bahkan bisa digunakan kembali untuk berbagai keperluan produksi batik.
"Limbah tidak boleh dibuang ke air, sungai, dan selokan. Maka kita proses sampai memenuhi baku mutu lingkungan," kata Dr Roto, peneliti di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA UGM.