Salin Artikel

Industri Batik Kulon Progo Mulai Pakai Mesin yang Ubah Limbah Jadi Air Baku

Perajin batik Lendah berniat mengolah limbah secara bersama dengan menggunakan mesin pemurni limbah menjadi air baku.

"Kami akan mengusahakan alat lagi. Yang pasti ternyata alat ini membantu menghadapi kendala limbah batik yang selama ini jadi masalah di lingkungan kami," kata Ketua Paguyuban (Perajin) Batik Lendah, Umbuk Haryanto di rumah produksinya, Rabu (22/1/2020). 

Saat ini, ada 25 perajin di Kapanewon Lendah. Setiap perajin menyumbang rata-rata 250-300 liter limbah dalam satu hari. 

Awalnya para perajin mengelola sendiri limbah masing-masing dengan cara seadanya. Semisal dengan menyaring air limbah dengan ijuk dan arang. 

Dalam keterbatasan pengetahuan, mereka meyakini cara itu tidak sepenuhnya berhasil dan masih jauh dari standar baku mutu lingkungan.

Selain itu, ada keluhan dari warga sekitar yang sumur-sumurnya tercemar limbah.


Kini, perajin Lendah mendapatkan bantuan satu mesin pemurni limbah jadi air baku.

Bantuan ini sekaligus sebagai proyek percontohan pengolahan limbah yang baik dengan cara yang lebih mudah. 

Namun, karena tingginya produksi batik, para perajin butuh mesin pemurni limbah yang lebih banyak.

"Idealnya satu alat untuk empat sampai lima perajin. Saat ini memang masih satu alat yang ada. Kami tetap mencari solusi. Setidaknya 25 perajin itu alatnya lima," kata Umbuk.

Mesin pemurni sendiri merupakan buatan para ilmuwan dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta bekerja sama dengan Kochi University of Technology Jepang. 

Mesin itu mampu memurnikan 50 liter limbah itu dalam 30 menit sampai 60 menit. 

Hasilnya, air limbah menjadi air baku sehingga bisa dikembalikan ke alam. Air itu bahkan bisa digunakan kembali untuk berbagai keperluan produksi batik.  

"Limbah tidak boleh dibuang ke air, sungai, dan selokan. Maka kita proses sampai memenuhi baku mutu lingkungan," kata Dr Roto, peneliti di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA UGM. 


Peneliti dalam Tim Limbah Desa Batik Sehat, Dr Fean Davisunjaya Sarian dari Kochi University of Tech, mengungkapkan komponen mesin masih berasal dari luar negeri.

Itu yang membuat harga mesin jadi tinggi kisaran Rp 80-100 juta. 

"Bila tanpa maintenence, (waktu pemakaiannya) bisa 20-30 tahun," kata Fean. 

Bupati Kulon Progo Sutedjo mengungkapkan, pemerintah memang mendorong industri batik Lendah memanfaatkan keberadaan teknologi yang ada untuk mengatasi kesulitan pengolahan limbah di antara para perajin.

"Mesin itu harus beli dan harganya memang cukup mahal, tapi ada cara. Misal, kompanyon atau bergabung 4-5 perajin beli 1 alat. Gotong royong membeli alat," kata Sutedjo. 

Dengan demikian, menurut Bupati Kulon Progo, industri batik bisa berkembang optimal tapi tetap sehat. Tidak hanya dirasakan warga sekitar industri, tetapi juga para buruh dan pekerja batik.

"Kami ingin produksi batik berkembang optimal dan sehat. Kami ingin mengamankan semua yang terlibat dalam proses batik," kata Sutedjo.

https://regional.kompas.com/read/2020/01/23/06345281/industri-batik-kulon-progo-mulai-pakai-mesin-yang-ubah-limbah-jadi-air-baku

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke