Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Cara Ampuh Pemkot Semarang Atasi Banjir, Dulu jika Hujan Seperti Kolam Renang

Kompas.com - 06/01/2020, 13:47 WIB
Riska Farasonalia,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Banjir yang melanda wilayah Jabodetabek dan beberapa wilayah lain di Jawa dan Kalimantan sejak 1 Januari 2020 telah menyebabkan banyak kerugian, baik korban jiwa maupun kerugian materi.

Aktivitas ekonomi pun menjadi lumpuh akibat penanggulangan banjir yang masih mengalami kendala.

Banjir memang selalu menjadi masalah yang harus segera diatasi oleh pemerintah.

Pemkot Semarang juga pernah mengalami hal serupa. Dahulu, setiap kali hujan, Kota Semarang selalu terendam banjir hingga seperti kolam renang.

Namun, dengan berbagai upaya yang dilakukan, kini sebagian besar wilayah di Kota Semarang terbebas dari banjir.

Baca juga: Sekolah Terendam Banjir, Kepsek SMPN 22 Tangsel Waspadai Kemunculan Ular

Langkah dan upaya yang dilakukan Pemkot Semarang ini mungkin bisa dijadikan contoh bagi pemerintah pusat ataupun daerah dalam menanggulangi masalah banjir.

Seperti dilansir melalui unggahan video dari akun Instagram milik Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi @hendrarprihadi, menjelaskan bagaimana cara Pemkot Semarang dapat mengatasi persoalan banjir di kota Atlas tersebut.

"Percaya.. Tidak ada hasil yang mengkhianati usaha (nggak tahu kalau mantan mu) #SemarangSekarang #BergerakBersama #SemarangHebat," tulis @hendrarprihadi.

Saa ini, Pemkot Semarang telah membangun sistem pengendali banjir seperti di luar negeri.

Sistem tersebut dapat beroperasi untuk menyedot air di saluran apabila melebihi batas wajar.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Percaya.. Tidak ada hasil yang mengkhianati usaha ( nggak tau kalau mantan mu ) #SemarangSekarang #BergerakBersama #SemarangHebat

A post shared by Hendrar Prihadi (Hendi) (@hendrarprihadi) on Dec 24, 2019 at 11:09pm PST

Selain itu, sistem ini dipantau selama 24 jam oleh petugas operator yang tersambung secara real time di situation room.

Berkat upaya Pemkot Semarang tersebut, saat ini wilayah Kota Semarang 82,6 persen telah bebas dari banjir. Pekerjaan rumah Pemkot Semarang kini tinggal 17,4 persen.

"Kami akan mengoptimalkan fungsi-fungsi pompa yang ada baik dari sistem pompanya, operasionalnya sampai petugas operatornya selama 24 jam harus siap. Apabila ada hujan intensitas tinggi sudah siap kita pompa," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang, Sih Rianung, saat ditemui di Semarang, Senin (6/1/2020).

Baca juga: 11 Daerah Tetapkan Status Tanggap Darurat Akibat Banjir dan Longsor

Rianung menjelaskan, petugas di lapangan juga mengecek setiap saat apabila terdapat sampah yang kerap menyumbat saluran air hingga terbawa ke rumah pompa.

Maka dari itu, pihaknya mengimbau kepada masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan.

"Biasanya yang jadi masalah itu sampah yang tersumbat. Peralatan yang dilakukan memang harus detail karena sumbatan cepat sekali walaupun sudah dibersihkan. Tapi kami rutin melalukan pengecekan," ujarnya.

"Maka kami meminta agar masyarakat jangan membuang sampah di saluran atau sungai. Mari bersama-sama kita menjaga lingkungan yang bersih," jelas Rianung.

Rianung mengatakan, saat ini DPU Kota Semarang telah memiliki 46 rumah pompa yang tersebar di Kota Semarang, yang totalnya mampu menyedot air hingga mencapai 50.000 liter per detik.

Sistemnya berada di command room yang memantau semua aktivitas pompa, supply BBM dan itu real time melalui smart infrastruktur PU.

Pihaknya juga telah memetakan lokasi yang berpotensi banjir di Semarang, di antaranya daerah Semarang Timur, Kaligawe, Genuk, dan Muktiharjo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com