"Orang-orang bilang, sing penting kucinge iso mangan (terpenting kucingnya bisa makan). Ya saya akhirnya mengumpulkan kucing aja," jelas Jumirah.
Dia tak ingat lagi berapa jumlah kucing yang telah dirawatnya.
"Kucing yang mati tidak usah dihitung. Tapi yang hidup harus terus dirawat agar sehat," ungkapnya.
Uniknya, semua kucing yang dirawat diberi nama, mulai dari Melati, Ragil Kuning, Petruk, Semar, Gareng.
Kucing-kucing tersebut tidur juga bersama dirinya dan memiliki kebiasaan sendiri.
"Ada yang tidur di perut, di kaki, di kepala," jelasnya.
Kalau siang, mereka pada 'bermain' dan hanya beberapa yang ada di TPS menemani Jumirah.
"Saya tidak lagi memberi nama kucing dengan nama manusia. Dulu pernah kucing saya beri nama Lira. Tapi saya dimarahi orang, bilangnya itu nama anaknya. Saya menangis, kucing tidak tahu apa-apa kok dimarahi," lirih Jumirah.
Dia mengaku, selama tinggal di TPS, pernah menderita penyakit. Di antaranya diare dan demam. Tetapi, tidak dihiraukannya.
Soal kebutuhan sehari-hari, Jumirah sering menumpang ke seseorang yang disebutnya sebagai bos rosok. Kalau tak memiliki uang, dia menjual hasil rosok ke orang tersebut.
"Sekalian numpang mandi. Paling mandi dua hari sekali," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.