Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Nenek Jumirah, Rela Tinggal di Pembuangan Sampah Demi Rawat Puluhan Kucing Liar

Kompas.com - 06/01/2020, 06:17 WIB
Dian Ade Permana,
Khairina

Tim Redaksi

UNGARAN, KOMPAS.com - Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sampah identik dengan kekotoran, sarang penyakit, dan binatang yang menjijikan.

Tetapi, Jumirah sudah satu tahun belakangan ini tinggal di TPS Nitibuana, Kelurahan Beji, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang.

Tak hanya sendiri, Jumirah yang berusia 79 tahun dan senang dipanggil Nenek Ompong itu tinggal di TPS tersebut bersama sekitar 20 'anaknya'.

Anak-anak Jumirah adalah kucing-kucing liar, baik yang dibuang sang pemilik atau kucing tak bertuan.

Semenjak hidup sebatang kara, Jumirah, berteman dengan kucing-kucing tersebut sejak puluhan tahun lalu.

Baca juga: 15 Anjing dan 12 Kucing Peliharaan Korban Banjir Dievakuasi

Jumirah awalnya tinggal di daerah Bulu. Rumah yang ditempatinya dibangunkan perangkat desa dan pengurus RW. Namun, masalah datang karena saat itu dia memelihara 22 kucing.

"Salah satu kucing saya yang bernama Ragil Kuning, dituduh mencuri lele setengah kilo, harganya mungkin 10 ribu. Saya tidak terima, lalu saya ganti Rp 50 ribu malah dimaki-maki. Saya sedih dan menangis, kucing saya tidak mencuri lele," ujarnya, Minggu (5/1/2020).

Dia yang tak mau ada masalah, memilih pergi dari rumahnya dan tinggal di TPS Nitibuana sejak setahun lalu.

Tinggal di TPS, Jumirah tidur bersama sampah rumah tangga yang dibuang masyarakat setiap hari. Dia hanya beralas tikar.

Jika hujan, nenek yang kedua anaknya sudah meninggal dunia ini, masuk ke dalam pos sampah.

"Sama petugas, saya disuruh pergi agar tak lagi tidur di TPS. Tapi kalau saya pergi, kucing-kucing ini tidak ada yang merawat," jelasnya.

Jumirah mengatakan, motivasinya merawat kucing itu bukan karena dia penyayang binatang.

"Saya hanya kasihan. Itu saja. Kalau tidak ada yang merawat, mereka susah makan. Kasihan," paparnya.

Baca juga: Viral Kucing Peliharaan Pukul Ular Kobra, Pemilik: Kepalanya Digigit Sampai Mati

Setelah merawat kucing, Jumirah yang sebelumnya menghidupi diri dengan mencari rosok, kini banyak mendapat bantuan dari masyarakat.

Ada yang memberi ikan lele, makanan kucing, termasuk juga makanan untuk dirinya.

"Orang-orang bilang, sing penting kucinge iso mangan (terpenting kucingnya bisa makan). Ya saya akhirnya mengumpulkan kucing aja," jelas Jumirah.

Dia tak ingat lagi berapa jumlah kucing yang telah dirawatnya.

"Kucing yang mati tidak usah dihitung. Tapi yang hidup harus terus dirawat agar sehat," ungkapnya.

Uniknya, semua kucing yang dirawat diberi nama, mulai dari Melati, Ragil Kuning, Petruk, Semar, Gareng.

Kucing-kucing tersebut tidur juga bersama dirinya dan memiliki kebiasaan sendiri.

"Ada yang tidur di perut, di kaki, di kepala," jelasnya.

Kalau siang, mereka pada 'bermain' dan hanya beberapa yang ada di TPS menemani Jumirah.

"Saya tidak lagi memberi nama kucing dengan nama manusia. Dulu pernah kucing saya beri nama Lira. Tapi saya dimarahi orang, bilangnya itu nama anaknya. Saya menangis, kucing tidak tahu apa-apa kok dimarahi," lirih Jumirah.

Dia mengaku, selama tinggal di TPS, pernah menderita penyakit. Di antaranya diare dan demam. Tetapi, tidak dihiraukannya.

Soal kebutuhan sehari-hari, Jumirah sering menumpang ke seseorang yang disebutnya sebagai bos rosok. Kalau tak memiliki uang, dia menjual hasil rosok ke orang tersebut.

"Sekalian numpang mandi. Paling mandi dua hari sekali," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com