Hal tersebut diungkapkan setelah pihaknya melakukan ramp check kendaraan pasca-kecelakaan.
"Isi ramp check-nya tidak sesuai dengan aturan, seharusnya tak beroperasi. Masih banyak permasalahan lain, bus ini memang semestinya tidak layak jalan," kata Kepala Dinas Perhubungan Sumatera Selatan Nelson Firdaus, Selasa (24/12/2019).
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Kota Bengkulu, Bardin mengatakan, alat cek pengujian KIR milik Kota Bengkulu mengalami kerusakan.
Sehingga pihaknya tidak melakukan pengecekan terhadap bus Sriwijaya.
"Alat kami rusak. Dishub Provinsi sudah cek ke seluruh PO. Kalau bus itu bisa jalan itu artinya laik jalan," jelas Bardin.
Baca juga: Telusuri Penyebab Kecelakaan Bus Sriwijaya, Menhub Kerahkan KNKT
Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan, yang juga menjabat Direktur Utama PT San Putra Sejahtera mengatakan rute Bengkulu-Palembang terkenal memiliki medan ekstrem, yang didominasi oleh jalur berkelok-kelok.
Sedangkan kondisi rambu-rambu di sekitar lokasi kejadian juga terbilang cukup. Garis marka dan pagar pengaman jalan tersedia di jalur tersebut.
“Kalau dari rambu-rambu kurang rasanya tidak. Kalau kita bahas dari kondisi mobil, saya dengar mobil tahun 1999, KIR hidup, STNK hidup, artinya laik jalan. Tapi kondisi kendaraannya tidak tahu, tergantung inspeksi sebelum berangkat,” ujar Sani kepada Kompas.com , Selasa (24/12/2019).
Baca juga: Korban Tewas Kecelakaan Bus Sriwijaya Bertambah 31 Orang
Ia menjelaskan bila kendaraan disebut tidak laik jalan maka bus tersebut tidak akan bisa melewati daerah Liku Lematang karena sebelumnya ada jalur ekstrem yang harus dilewati.
“Kalau memang karena mobilnya sudah terlalu tua, harusnya dia tumbang duluan. Karena sebelum masuk Liku Lematang, ada beberapa jalur yang ekstrim juga. Namun yang belum saya konfirmasi, cuaca saat kejadian seperti apa,” katanya.
Dari video yang telah ia lihat di sekitar lokasi kecelakaan, Sani mengaku tidak melihat bekas jejak rem. Dari analisanya rem bus tersebut blong karena pengemudi kelebihan menggunakan rem di sepanjang perjalanan.
"Kalau saya lihat ini karena human error, miss-nya pengemudi, entah karena rem panas sehingga kinerjanya menurun, atau yang lain,” ucap Sani.
Hak senada juga disampaikan Kapolres Pagar Alam AKBP Dolly Gumara
Ia mengakui bahwa jalur kawasan Lematang rawan kecelakaan karena kawasan Lematang memiliki jalan yang berkelok ke atas perbukitan, baik turunan maupun tanjakan sama-sama curam, sehingga memerlukan kendaraan yang mumpuni.
Baca juga: Korban Kecelakaan Bus Sriwijaya Terbawa Arus, Tim SAR Perluas Lokasi Pencarian