Salin Artikel

Tragedi Tengah Malam di Liku Lematang, Bus Sriwijaya Masuk Jurang dan Tewaskan 35 Penumpang

27 penumpang diangkut dari Po Sriwijaya Express-Pratama Kota Bengkulu dan 4 orang dari Po Sriwijaya di Kabupaten Kepahiang, Bengkulu.

Mobil bus jenis Mitsubishi Fuso dengan plat nomor BD 7031 AY tersebut disopiri oleh Ferry yang telah 20 tahun bekerja di PO Sriwijaya.

Saat melintas di Kecamatan Pendopo, Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan, bus tersebut sempat terperosok ke parit.

Untuk keluar dari parit, bus tersebut harus ditarik oleh mobil lain. Saat itu penumpang sempat diminta untuk turun. Setelah bus berhasil ditarik, para penumpang kembali naik dan melanjutkan perjalanan.

Nahas. Belum lama melaju, bus tersebut menabrak pembatas jalan dan meluncur masuk ke jurang kedalaman 150 meter saat melintas di Liku Lematang, Desa Prahu Dipo, Kecamatan Dempo Selatan, Kota Pagaralam.

Kejadiaan tersebut jelang tengah malam dan waktu menunjukkan pukul 23.00 WIB.

Kondisi air sungai saat itu sangat deras. Kepanikan puluhan penumpang pun terjadi.

Hasanah (52) salah satu penumpang yang selamat bercerita bahwa para penumpang memecahkan kaca untuk keluar dari badan bus. Ia dan cucunya nyaris terseret arus sungai yang sangat deras.

"Cucu saya teriak, om tolong kami. Yang ada di atas tolong kami. Kondisi malam itu tidak ada orang," ujarnya.

Menurut Hasanah sebagian penumpanh yang selamat langsung naik ke atas bada bus agar tidak terbawa arus.

"Sopir kami itu bawa mobil ngebut. Saya tidak lagi tidur, waktu itu lagi ngobrol sama cucu. Tiba-tiba bus langsung terjun begitu,"jelasnya.

Sementara itu dari catatan kepolisian, sebelum terjun ke jurang, bus tersebut sempat tiga kali terperosok ke saluran air serta menyengggol kendaraan lain.

Untuk mencari korban, tim SAR gabungan mmeperluas pencarian hingga 5 meter dari lokasi jatuhnya bus nahas tersebut.

Hal tersebut dilakukan karena arus Sungai Lematang yang deras membawa sebagian korban hanyut. Selain aliran sungai, petugas juga menyisir bagian tebing untuk memastikan keberadaan korban.

"Banyak korban saat dievakuasi berada di luar bus karena terseret arus di sungai. Sehingga titik lokasi pencarian korban kita perluas. Sampai sekarang masih berlangsung," kata Kepala Sub Seksi Operasi dan Siaga Kantor SAR Palembang, Benteng Telau, Selasa (23/12/2019).

Saat pencarian, hujan deras mengguyur Kota Pagaralam hingga membuat arus sungai menjadi lebih deras dan membuat tim kesulitan mencari korban.

Tim SAR gabungan masih belum bisa memastikan jumlah penumpang bus tersebut karena ada dugaan bus tersebut membawa penumpang gelap yang tidak terdaftar.

Hingga Rabu (25/12/2019) malam tercatat 35 penumpang yang ditemukan meninggal dunia.

Untuk sementara, polisi menduga kecelakaan terjadi karena sopir mengantuk karena ia mengambil rute Bengkulu, Kepahyang, Kota Pagaralam hingga jarak tempuh perjalanan pun menjadi lebih jauh.

Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Kabid dokes) Polda Sumatera Selatan Kombes Pol dr Syamsul Bahar mengatakan, berdasarkan pemeriksaan tim forensik, seluruh korban yang tewas dalam kecelakaan bus Sriwijaya akibat terkurung dalam badan mobil.

Dari pemeriksaan seluruh jenazah, semuanya mengalami trauma akibat terjatuh dari jurang.

Selain itu, para korban juga banyak meminum air sungai karena terjebak dalam mobil.

"Mereka terminum air akibat terkurung dalam mobil. Sebagian besar korban meninggal karena mengalami trauma setelah terjtuh ke jurang," kata Syamsul, Rabu (25/12/2019).

KIR terakhir habis mas aberlaku pada Februari 2020 nanti.

"Bus dalam kondisi laik jalan. Uji KIR terakhir enam bulan lalu," jelas Aji Supriyadi Kepala Operasional PO Bus Sriwijaya, Selasa (24/12/2019).

Ia mengklaim sebelum berangkat, proses pengecekan kondisi selalu dilakukan termasuk keamanan rem.

Namun hal berbeda ditemukan oleh Dinas Perhubungan Sumatera Selatan yang menyebut bus tersebut tidak layak jalan.

Hal tersebut diungkapkan setelah pihaknya melakukan ramp check kendaraan pasca-kecelakaan.

"Isi ramp check-nya tidak sesuai dengan aturan, seharusnya tak beroperasi. Masih banyak permasalahan lain, bus ini memang semestinya tidak layak jalan," kata Kepala Dinas Perhubungan Sumatera Selatan Nelson Firdaus, Selasa (24/12/2019).

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Kota Bengkulu, Bardin mengatakan, alat cek pengujian KIR milik Kota Bengkulu mengalami kerusakan.

Sehingga pihaknya tidak melakukan pengecekan terhadap bus Sriwijaya.

"Alat kami rusak. Dishub Provinsi sudah cek ke seluruh PO. Kalau bus itu bisa jalan itu artinya laik jalan," jelas Bardin.

Sedangkan kondisi rambu-rambu di sekitar lokasi kejadian juga terbilang cukup. Garis marka dan pagar pengaman jalan tersedia di jalur tersebut.

“Kalau dari rambu-rambu kurang rasanya tidak. Kalau kita bahas dari kondisi mobil, saya dengar mobil tahun 1999, KIR hidup, STNK hidup, artinya laik jalan. Tapi kondisi kendaraannya tidak tahu, tergantung inspeksi sebelum berangkat,” ujar Sani kepada Kompas.com , Selasa (24/12/2019).

Ia menjelaskan bila kendaraan disebut tidak laik jalan maka bus tersebut tidak akan bisa melewati daerah Liku Lematang karena sebelumnya ada jalur ekstrem yang harus dilewati.

“Kalau memang karena mobilnya sudah terlalu tua, harusnya dia tumbang duluan. Karena sebelum masuk Liku Lematang, ada beberapa jalur yang ekstrim juga. Namun yang belum saya konfirmasi, cuaca saat kejadian seperti apa,” katanya.

Dari video yang telah ia lihat di sekitar lokasi kecelakaan, Sani mengaku tidak melihat bekas jejak rem. Dari analisanya rem bus tersebut blong karena pengemudi kelebihan menggunakan rem di sepanjang perjalanan.

"Kalau saya lihat ini karena human error, miss-nya pengemudi, entah karena rem panas sehingga kinerjanya menurun, atau yang lain,” ucap Sani.

Hak senada juga disampaikan Kapolres Pagar Alam AKBP Dolly Gumara

Ia mengakui bahwa jalur kawasan Lematang rawan kecelakaan karena kawasan Lematang memiliki jalan yang berkelok ke atas perbukitan, baik turunan maupun tanjakan sama-sama curam, sehingga memerlukan kendaraan yang mumpuni.

Dolly juga mengatakan kasus bus masuk jurang pernah terjadi pada tahun 1993. Namun kecelakaan terbesar adalah tahun ini.

"Namun, untuk kejadian terbesar (kecelakaan) di Liku Lematang adalah kejadian kemarin malam ( bus Sriwijaya)," ujarnya.

Sementara itu Wali Kota Pagaralam Alpian Maskoni mengatakan pada tahun 2016, pihaknya sempat mengajukan pembangunan Jembatan Lematang sebagai antisipasi kecelakaan karena kondisi jalan yang ekstrem.

Namun usul tersebut dibatalkan oleh pusat dan dilakukan pelebaran jalan pada tahun 2017 dan 2018.

"Kejadian ini menjadi pintu masuk kepada balai besar jalan dan jembatan untuk melanjutkan perencanaan jembatan tersebut. Pembuatan tanggul-tanggul untuk pencegahan sudah dilakukan, namun kejadian tetap berlangsung," ujarnya.

SUMBER: KOMPAS.com (Penumpang: Aji YK Putra, Firmansyah, Dio Dananjaya | Editor : Jessi Carina, Ambaranie Nadia Kemala Movanita, Krisiandi, Farid Assifa, Agung Kurniawan)

https://regional.kompas.com/read/2019/12/26/08380081/tragedi-tengah-malam-di-liku-lematang-bus-sriwijaya-masuk-jurang-dan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke