Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kakak Beradik 18 Tahun Alami Kulit Melepuh jika Kena Matahari, Sempat Minta Dibunuh

Kompas.com - 12/12/2019, 20:04 WIB
Aji YK Putra,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

PALEMBANG, KOMPAS.com- Di sudut ruang kecil berukuran sekitar 2x3 meter, seorang anak nampak hanya duduk sembari membungkukkan badan di samping ranjang.

Kulit di tubuhnya terlihat mengelupas, sebagian lagi lukanya sudah mengering bewarna kehitaman dan menjadi koreng.

Rambut di kepalanya pun terlihat rontok, hanya beberapa helai yang masih menempel di bagian belakang kepala.

Meskipun bertubuh kecil, siapa sangka anak itu adalah seorang remaja putri yang kini telah berusia 18 tahun bernama Nadia Lovika.

UPDATE: Kompas.com menggalang dana untuk membantu Nadia Lovika dan Vika Launa. Sumbangkan rezeki Anda untuk membantu meringankan beban mereka dengan cara klik di sini untuk donasi. 

Sejak lahir pada 19 Juli 2001, Nadia sudah mengalami kelainan kulit. Ia tak mampu bertahan lama di bawah terik matahari karena akan membuat kulitnya menjadi melepuh seperti terbakar.

Nadia sempat menempuh jenjang pendidikan sampai kelas VI Sekolah Dasar (SD) di tempatnya tinggal yang berada di Dusun I Desa Merbau, Kecamatan Lubuk Batang, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan. 

Baca juga: 18 Tahun Kakak Beradik Memilih Mengurung Diri di Rumah, Kulit Melepuh Saat Terkena Matahari

Namun, akibat penyakit yang dideritanya itu, ia harus putus sekolah karena tak tahan terkena panas sinar matahari.

Selama empat tahun sekolah, Nadia ternyata menjalani kehidupan pahit.

Teman-temannya di kelas sering membully Nadia karena kulitnya yang banyak ditumbuhi koreng serta mengelupas.

Bully-an itu tak menyurutkan niat Nadia untuk tetap belajar di sekolah. Sampai akhirnya ia tak mampu lagi melanjutkan sekolah karena kondisi kulit tubuhnya yang kian hari terus melepuh.

"Saya masih ingin sekolah seperti teman-teman lain," kata Nadia, saat ditemui Kompas.com di sebuah indekos di Jalan Madang Dalam II, Kecamatan Kemuning Palembang, Kamis (12/12/2019).

Yunani (37), ibu dari Nadia mengatakan, penyakit yang bernama trisomi 9 parsial atau kromosom 9 itu bermula saat mereka melihat tanda merah di kaki Nadia ketika lahir.

Nadia pun sempat dibedong menggunakan kain menutupi tanda merah itu.

Namun, saat  bedong dibuka, tanda merah tersebut menempel di kain hingga membuat anak pertamanya tersebut menangis.

Bersama suaminya, Zahril Hamid (29), Yunani membawa Nadia untuk berobat ke bidan desa setempat.

Akan tetapi upaya itu tak membuahkan hasil. Penyakit putri mereka makin parah. 

Bahkan, jari jemari Nadia pun kini telah menempel di telapak tangan akibat kulitnya yang melepuh. 

"Nadia sempat minta ingin dibunuh, karena sudah tidak tahan lagi. Dia merasakan kulitnya panas," kata Yunani.

Zahril dan Yunani mencoba menenangkan Nadia. Mereka bahkan membawa putri pertamanya itu untuk berobat ke orang pintar selama tiga bulan.

Lagi-lagi upaya itu juga tak kunjung menemukan tanda kesembuhan.

Belum selesai masalah Nadia, putri kedua mereka yakni Vika Launa (11) juga mengalami hal yang sama.

Kulit Vika ikut melepuh jika panas ataupun berkeringat. Sejak itu, Nadia dan Vika akhirnya memilih mengurung diri di rumah karena tak bisa terkena sinar matahri.

"Selama di rumah juga harus pakai kipas. Kalau panas kulit mereka gatal. Lalu melepuh seperti orang terbakar," ujar dia.

Vika saat ini hanya mengalami luka akibat kulit tubuhnya mengelupas. Namun, kondisi kakaknya Nadia semakin parah. 

Gadis remaja itu tak lagi bisa menggunakan baju karena luka bekas kulitnya akan menempel.

Bahkan, saat ini Nadia sudah tak bisa lagi berdiri. Seluruh aktivitasnya harus dibantu oleh Yunani dan Zahril.

"Nadia juga terkena katarak. Sudah satu tahun Nadia  tidak bisa melihat lagi, karena terkena katarak," ucap Zahril.

Baca juga: Bikin Kakak Beradik Kurung Diri di Rumah 18 Tahun, Apa Itu Trisomi 9?

Dalam waktu dekat Nadia akan menjalani operasi mata di Rumah Sakit Muhammad Hoesin (RSMH) Palembang.

Sehingga saat ini Zahril bersama kedua putrinya itu memilih tinggal di kamar indekos di Jalan Madang Dalam II, Kecamatan Kemuning Palembang.

"Kalau makan sehari-hari kami makan seadanya. Kadang nasi sama telur saja itu sudah cukup. Yang penting anak saya sembuh," ujar Zahril.

UPDATE: Kompas.com menggalang dana untuk membantu Nadia Lovika dan Vika Launa. Sumbangkan rezeki Anda untuk membantu meringankan beban mereka dengan cara klik di sini untuk donasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com