Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaleidoskop 2019: Wiranto Ditusuk di Pandeglang

Kompas.com - 09/12/2019, 11:56 WIB
Acep Nazmudin,
Farid Assifa

Tim Redaksi

PANDEGLANG, KOMPAS.com - Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, (Menko Polhukam) Wiranto menjadi target dari serangan teror di Kabupaten Pandeglang.

Peristiwa tersebut terjadi di Alun-alun Menes, Pandeglang, Kamis, 10 Oktober 2019. Saat itu Wiranto usai menghadiri sebuah acara di Universitas Mathla'ul Anwar, hendak kembali ke Jakarta menggunakan helikopter.

Pelaku penusukan Wiranto merupakan dua orang pasangan suami istri, yakni SA dan FA. Keduanya diduga terpapar radikalisme ISIS.

Baca juga: Nyinyir di Facebook soal Penusukan Wiranto, Pegawai Undip Dilaporkan ke Polisi

Selain Wiranto, terdapat tiga korban penusukan lain, yakni Kapolsek Menes Kompol Dariyanto, Tokoh Masyarakat Menes Fuad Syauki dan satu orang ajudan Wiranto.

Kronologi Kejadian

Kamis (10/10/2019) pagi, Wiranto hadir di Universitas Mathla'ul Anwar Menes untuk meresmikan gedung baru. Acara berlangsung hingga pukul 11.30 WIB.

Usai melakukan wawancara dengan media, Wiranto langsung menuju Alun-alun Menes tempat helikopternya terparkir. Jarak antara Universitas Mathla'ul Anwar ke Alun-alun Menes sekitar 10 kilometer. 

Insiden penusukan terjadi sesaat Wiranto turun dari mobil setiba di Alun-alun Menes. Salah seorang warga setempat yang berada di lokasi, Madrain, melihat langsung kejadian tersebut.

"Rombongan berhenti, beberapa orang ikut menjaga Wiranto ketika turun dari mobil, tiba-tiba ada satu orang tidak dikenal menusuk Pak Wiranto, lalu ada satu orang perempuan lagi bercadar yang berusaha menusuk," kata Madrain kepada wartawan di Alun-alun Menes, Kamis (10/10/2019).

Wiranto yang terkena tusukan di perut, ambruk dan langsung dievakuasi menggunakan mobil ke Klinik Menes Medika Center untuk kemudian dibawa ke RSUD Berkah.

Menjelang sore hari, Wiranto dirujuk ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta.

Ditusuk dengan Kunai

Pihak kepolisian menyebut senjata tajam yang digunakan untuk menusuk Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto adalah kunai.

Hal ini dikonfirmasi oleh Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo.

Baca juga: Istri Anggota Kodim Wonosobo Nyinyir di Facebook Soal Wiranto, Kodam Investigasi

Akibat penusukan tersebut, Wiranto mengalami luka di dua titik hingga usus halus mantan Panglima ABRI itu harus dipotong sepanjang 40 centimeter karena terluka. 

"Setibanya di RSPAD, langsung ditangani secara intensif dan dokter memutuskan untuk mengambil tindakan operasi di bagian perut lantaran akibat tusukan ditemukan luka di bagian usus halus, sehingga usus halusnya mesti dipotong sepanjang 40 cm," kata Tenaga Ahli Menkopolhukam Wiranto, Agus Zaini melalui keterangan tertulis, Jumat (11/10/2019).

Usai menjalani operasi, kondisi Wiranto dilaporkan terus membaik. Meski demikian, ia masih harus menjalani perawatan intensif.

Pelaku pebisnis online

Dua pelaku penusuk Wiranto merupakan warga pendatang. Keduanya adalah pasangan suami-istri yang tinggal bersama satu anak pelaku SA di rumah kontrakan di Kampung Sawah, tidak jauh dari Alun-alun Menes sejak Februari 2019.

Kepada ketua RT setempat, pelaku mengaku bekerja di bisnis online, berjualan berbagai macam produk mulai dari madu, pakaian anak-anak, pulsa hingga voucher hotel.

"Bisnis online. Pernah bawa pakaian anak-anak. Saya sebagai tetangga enggak punya curiga apa-apa," kata Ketua RT 004 RW 001, Kampung Sawah Gang Kenari, Mulyadi.

Sementara menurut pemilik kontarkan, Usep, pelaku sangat tertutup dan tidak pernah bergaul dengan terhadap tetangga sekitar. 

Usep mencontohkan beberapa hari sebelum kejadian. Masyarakat di sekitar tempat ia tinggal hendak membangun sebuah masjid. Masyarakat di sana pun urun rembuk agar masjid dapat berdiri.

Baca juga: Fakta Kapolres Menes Terluka Saat Wiranto Ditusuk, Berlumuran Darah Jalan Kaki 500 M ke Puskesmas

Salah seorang panitia pembangunan masjid sempat menyambangi kontarkan pelaku untuk meminta kontribusinya.

"Sempat diajak gotong royong ya. Tapi jawabannya begitu, seperti menghindarlah," kata Usep.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com