Sementara ini, pembersihan dilakukan secara manual menggunakan alat seadanya, seperti cangkul dan garpu tanah.
"Kita manual, gotong royong. Apabila BBWS membantu, kita gunakan alat yang ada di proyek yang sedang berjalan," katanya.
Pasalnya, apabila pembersihan dilakukan secara manual maka akan membutuhkan waktu lama. Sementara cuaca hujan tidak bisa diprediksi.
Dikhawatirkan ketika turun hujan, air kembali muncul dan menghanyutkan sampah-sampah itu hingga Sungai Citarum.
"Pemanfaatan sungai ini dibutuhkan warga, khususnya pertanian irigasi dan mandi. Namun, kini hanya untuk pertanian saja," katanya.
Baca juga: Saking Banyaknya, Tumpukan Sampah di Kali Cisadane Pernah Diangkut 15 Truk
Volume sampah di Sungai Cikeruh, khususnya di pintu air menuju Sungai Citarum ini, kata Bernardo, volumenya cukup tinggi.
Hal tersebut terjadi lantaran masyarakat belum sadar akan lingkungannya.
"Volume sampahnya tinggi, dan selalu ada setiap tahunnya," katanya.
Mungkin, lanjutnya, sampah di sungai ini tidak bisa bersih begitu saja, tetapi setidaknya bisa mengurangi dengan menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat untuk menjaga lingkungannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.