Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilema Pabrik Tahu Gunakan Limbah Plastik untuk Produksi, Biaya Murah, tapi Dianggap "Racuni" Indonesia

Kompas.com - 28/11/2019, 06:16 WIB
Rachmawati

Editor

"Sebenarnya memang lebih enak pakai kayu bakar, tapi mesin ketel harus diganti. Harga ketel ada yang Rp 65 juta, Rp 80 juta, tergantung kualitas. Bahkan ada yang sampai Rp 200 juta," ujar dia.

Namun, jika memang harus berganti bahan bakar maka dia meminta bantuan berupa mesin ketel sebagai alat produksi berbahan bakar kayu.

Hal senada juga dikatakan Agus Suyanto, pengusaha tahu. Menurut dia, bahan bakar pengganti tidak sesuai dengan alat produksi.

"Kurang enak ya kalau pakai itu (pelet kayu). Cost-nya juga mahal," tutur dia.

Baca juga: Bupati Sidoarjo Ancam Tutup Pabrik Tahu di Tropodo yang Tetap Gunakan Sampah Plastik

 

Jadi perhatian internasional

Dilansir dari pemberitaan Kompas.com, 17 November 2019, sebuah artikel dari New York Times mengabarkan, ada bahaya pada produk tahu dan telur ayam yang diproduksi di Desa Tropodo dan Desa Bangun, Jawa Timur.

Organisasi non-profit, International Pollutans Elimination Network (IPEN) menemukan adanya kandungan polutan berbahaya di telur ayam yang diproduksi di Desa Bangun.

Polutan tersebut bisa menyebabkan penyakit kanker, parkinson, hingga cacat saat lahir.

Temuan tersebut dirilis dalam laporan berjudul Plastic Waste Poisons Indonesia's Food Chain atau Sampah Plastik Meracuni Rantai Makanan Indonesia.

Baca juga: Bupati Sidoarjo Minta Pengusaha Tahu Setop Gunakan Plastik Impor

Dalam laporan tersebut dikatakan bahwa Desa Tropodo dan Desa Bangun setiap hari menerima 50 ton plastik berkualitas rendah dari sampah plastik yang dimpor Indonesia.

Di Desa Tropodo disebutkan bahwa sampah plastik digunakan untuk bahan bakar pembuatan tahu dan di Desa Bangun sampah plastik ada yang ditimbun dan dibakar di area terbuka.

Akibatnya, telur dan ayam di dua desa tersebut tercemar oleh limbah plastik yang dibakar.

Ada lima besar negara uang mengespor sampah palstik ke Indonesia pada tahun 2018, yakni Australia, Jerman, Kepulauan Marshall, Belanda, serta AS.

Baca juga: Pabrik Tahu Gunakan Sampah Plastik sebagai Bahan Bakar, Ini Rekomendasi IPEN

Timbunan sampah plastik juga ditambah dengan produksi sampah palstik dalam negeri, yakni 9 ton plastik setiap tahun.

"Sampah plastik yang tidak diinginkan lalu dibeli oleh para broker, pedaur ulang kecil, atau 'disumbangkan’ kepada komunitas sebagai bagian dari program pengembangan komunitas dari pabrik kertas," tulis IPEN.

Sampah-sampah plastik berkualitas rendah itu kemudian berakhir di penimbunan terbuka atau open dumps, pabrik tahu, pabrik kapur, atau tempat-tempat di mana masyarakat membakar plastik sebagai bahan bakar.

Baca juga: Khofifah Sebut Sampah Plastik yang Jadi Bahan Bakar Pabrik Tahu Masuk Bersama Impor Bahan Kertas

Menanggapi hal itu, Bupati Sidoarjo Saiful llah sudah meminta kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk melarang impor sampah plastik ke Indonesia, khususnya di Jawa Timur.

Ia juga tidak ingin pencemaran akibat pembakaran limbah sampah plastik dari pabrik tahu itu semakin meluas dan berdampak terhadap kesehatan sehingga pengusaha harus menggunakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.

Apalagi, telah ditemukan sampel telur ayam di Malang mengandung racun karena tercemar pembakaran sampah plastik di pabrik tahu di desa tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com