Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angka Bunuh Diri Tinggi, Baru 9 Persen Penderita Depresi Dapat Pengobatan Medis

Kompas.com - 14/10/2019, 12:42 WIB
Reni Susanti,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Dokter spesialis kedokteran jiwa Indonesia, Teddy Hidayat mengatakan, penderita depresi di Indonesia terbilang tinggi.

“Bahkan berpotensi menjadi beban negara terbesar kedua pada 2020 dan beban pertama di 2030,” ujar Teddy saat dihubungi Kompas.com, Senin (14/1/2019).

Ironinya, penderita depresi yang mendapatkan pengobatan medis hanya 9 persen atau 1.018.395 orang. Itu artinya 91 persen atau 10.297.105 orang pasien depresi belum tersentuh pengobatan medis.

Mereka kemudian akan menjadi kronis, mengalami disabilitas tidak produktif, dan tidak jarang berakhir bunuh diri.

Baca juga: “20 Persen Mahasiswa di Bandung Berpikir Serius untuk Bunuh Diri...”

Bunuh diri, kata Teddy, merupakan masalah yang kompleks karena tidak diakibatkan penyebab atau alasan tunggal.

Perilaku bunuh diri diakibatkan interaksi dari faktor biologis, genetik, psikologi, sosial, ekonomi, budaya, pendidikan, kesehatan, dan lingkungan.

“Angka bunuh diri di seluruh belahan dunia, terutama di negara-negara dengan tingkat sosio-ekonomi rendah sampai sedang karena berbagai alasan, terus meningkat hingga tahap mengkhawatirkan,” ucapnya.

Baca juga: 5 Fakta Diduga Aiptu P Tembak Istri lalu Bunuh Diri, Terlibat Cekcok hingga Warga Dengar 3 Kali Suara Tembakan

Angka bunuh diri tinggi

Di dunia, setiap tahunnya 800.000 orang meninggal karena bunuh diri atau setiap 40 detik satu orang meninggal karena bunuh diri.

Di Indonesia, 10.000 orang setiap tahun meninggal karena bunuh diri atau setiap satu jam satu orang meninggal bunuh diri.

“Bunuh diri adalah penyebab utama kedua kematian pada kelompok remaja dan dewasa muda usia 15-29 tahun,” ucapnya.

Teddy menjelaskan, 80-90 persen bunuh diri berhubungan dengan gangguan mental-emosional, terutama depresi.

Sekitar 40 persen penderita depresi berpikir serius untk bunuh diri, dan 15 persen melakukannya.

Baca juga: Penyakit Tak Kunjung Sembuh, Pria di Cianjur Nekat Bunuh Diri

 

Adiksi gadget

Riset Kesehatan Dasar Kemenkes tahun 2018 dengan menggunakan alat ukur MINU untuk kelompok usia lebih dari 15 tahun angka prevalensi depresi di Indonesia 6,1 persen atau 11.315.500 orang, dan Jawa Barat 2.310.000.

Dari angka tersebut, 4.526.200 orang Indonesia memiliki ide serius bunuh diri dan 1.697.325 orang melakukannya.

Di Jabar 924.000 orang memiliki ide serius bunuh diri dan 346.500 orang melakukannya.

Pemerintah, kata dia, sebaiknya melakukan program yang detail, menyeluruh, dan tuntas. Sebab banyak persoalan yang belum selesai hingga kini.

Sebut saja masalah pasung yang persoalannya belum juga tuntas. Apalagi persoalan adiksi gadget yang kasusnya saat ini mengkhawatirkan.

“Ada yang lebih jahat dari narkoba, yaitu gadget. Itu seperti bom waktu,” katanya.

Baca juga: Kondisi Pelajar yang Nekat Bunuh Diri di Bogor dalam Keadaan Baik

 

Layanan konseling

Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.

Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.

Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.

Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini: https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling/

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com