Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“20 Persen Mahasiswa di Bandung Berpikir Serius untuk Bunuh Diri...”

Kompas.com - 12/10/2019, 19:56 WIB
Reni Susanti,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Kesehatan jiwa di kalangan akademisi hingga kini belum mendapatkan perhatian atau menjadi prioritas. Padahal mahasiswa calon penerus pemimpin bangsa dan menjadi prasyarat world class university.

Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia Teddy Hidayat mengatakan, peristiwa tiga mahasiswa bunuh diri di sebuah perguruan tinggi dalam waktu tiga bulan menjadi bukti tingginya angka bunuh diri di kalangan mahasiswa.

“Sekaligus menjadi bukti kegagalan perguruan tinggi dalam memberikan perlindungan dan keamanan mahasiswanya,” ujar Teddy kepada Kompas.com di sela-sela World Mental Health Day di Bandung, Sabtu (12/10/2019).

Baca juga: Deteksi Dini Gangguan Jiwa dengan Olah Rasa, Cara Cegah Bunuh Diri

Teddy mengatakan, sebuah survei dilakukan tahun ini pada mahasiswa semester satu perguruan tinggi di Kota Bandung.

Hasilnya, ditemukan 30,5 persen mahasiswa depresi, 20 persen berpikir serius untuk bunuh diri, dan 6 persen telah mencoba bunuh diri seperti cutting, loncat dari ketinggian, dan gantung diri.

Perilaku bunuh diri, sambung Teddy, merupakan puncak dari berbagai permasalahan yang dihadapi mahasiswa.

Baca juga: Pria Asal Jakarta Diduga Bunuh Diri di Bali, Tinggalkan Wasiat Berbahasa Inggris

Tekanan akademis hingga ketidakjelasan kelulusan

Hal yang umum antara lain tekanan akademis, ketidakjelasan kelulusan, ancaman drop out. Kemudian faktor keuangan dan biaya hidup, hubungan dengan dosen, orangtua, serta muda mudi.

“Kendala lain yang tidak kalah penting adalah belum setiap perguruan tinggi memiliki tim konseling. Kalaupun sudah ada belum dimanfaatkan oleh mahasiswa,” tuturnya.

Hal lain yang mengherankan adalah hingga kini BPJS tidak membiayai penderita bunuh diri karena dianggap penyakit yang dibuat sendiri.

Padahal banyak mahasiswa yang kehidupannya pas-pasan. Jangankan berobat, untuk hidup sehari-hari saja kekurangan.

Baca juga: Merefleksikan Joker (3): 1 dari 10 Orang Indonesia Alami Gangguan Jiwa

Kondisi Indonesia

Bunuh diri, sambung Teddy, merupakan masalah yang komplek, karena tidak diakibatkan oleh penyebab atau alasan tunggal.

Perilaku bunuh diri diakibatkan interaksi dari faktor biologik, genetik, psikologi, sosial, ekonomi, budaya, pendidikan, kesehatan, dan lingkungan.

Di dunia, setiap tahunnya 800.000 orang meninggal karena bunuh diri atau setiap 40 detik satu orang meninggal karena bunuh diri.

Di Indonesia, 10.000 orang setiap tahunnya meninggal karena bunuh diri atau setiap satu jam satu orang meninggal bunuh diri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com