Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Joko Murtanto, Difabel yang Dirikan PAUD untuk Anak-anak Tak Mampu

Kompas.com - 11/10/2019, 06:10 WIB
Labib Zamani,
Farid Assifa

Tim Redaksi

SRAGEN, KOMPAS.com - Stigma negatif yang menyatakan kaum difabel tidak bisa bekerja dan berkarya tak selamanya benar. Hal tersebut dibuktikan oleh Joko Murtanto (39).

Sebagai penyandang disabilitas, Joko berhasil memberikan tempat belajar sekaligus bermain bagi anak-anak tidak mampu di tempat tinggalnya dengan mendirikan lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD).

PAUD bernama Jasmine Assalaam itu berlokasi di Dusun Gunung Sono RT 020, Desa Gilirejo, Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.

Disamping sebagai tempat belajar dan bermain anak-anak, PAUD itu juga sekaligus dijadikan sebagai tempat tinggal Joko bersama istrinya, Wahyu Utami (28) dan kedua anaknya, Kayisah (10) dan Hafidz (5).

Baca juga: Semangkok Cerita Bang Udin, Penjual Bubur Difabel yang juga Pemanah Berprestasi

PAUD Jasmine Assalaam didirikan pada Januari 2019. Bangunan berukuran 8 x 12 meter persegi terdiri dari ruang belajar dan bermain, kantor, satu kamar tidur dan dapur.

Joko mengatakan alasan dirinya mendirikan PAUD tersebut berawal dari keprihatinan terhadap anak-anak di daerah tempat tinggalnya yang tidak mengenyam pendidikan anak usia dini.

Menurut Joko, jarak PAUD maupun TK terdekat dari Dusun Gunung Sono sekitar 3-4 kilometer. Sehingga orangtua tidak memiliki akses transportasi memilih tidak memasukkan anaknya ke PAUD.

"Bagi saya anak mau sekolah itu sudah cukup. Intinya saya itu memfasilitasi masyarakat untuk bisa menyekolahkan anaknya dan aksesnya dekat," kata Joko ditemui Kompas.com di kediamannya Sragen, Jawa Tengah, Kamis (10/10/2019).

Joko menuturkan, pertama kali membuka pendaftaran, PAUD miliknya hanya mendapat enam orang siswa. Seiring berjalannya waktu dan respons masyarakat, jumlah siswa pun meningkat.

Kini jumlah total siswa ada sebanyak 23 orang, baik jenjang PAUD maupun TK dengan diampu empat orang tenaga pengajar (guru).

"Jam belajar anak PAUD mulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 10.30 WIB. Cuma dari pagi sudah kita buka. Kita masuk Senin-Jumat. Dan, Sabtu-Minggu libur," ujarnya.

Joko awalnya ingin menggratiskan biaya sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) bagi orangtua siswa. Namun, dengan segala pertimbangan, akhirnya per siswa ditarik biaya pendidikan sebesar Rp 25.000.

"Tapi kita tidak harga pas. Orangtua mau menawar silakan. Tanpa syarat harus cari keterangan kelurahan (tidak mampu) atau miskin tidak. Yang penting anak mau sekolah. Jangan sampai karena biaya mereka tidak jadi sekolah," tuturnya.

Hidupi PAUD dengan jual karikatur

Sebelum menggagas mendirikan PAUD, suami dari Wahyu Utami ini bekerja sebagai tenaga administrasi sebuah perusahaan di Sukoharjo, Jawa Tengah. Merasa sudah tidak cocok, Joko keluar dari tempat kerjanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com