Salin Artikel

Kisah Joko Murtanto, Difabel yang Dirikan PAUD untuk Anak-anak Tak Mampu

Sebagai penyandang disabilitas, Joko berhasil memberikan tempat belajar sekaligus bermain bagi anak-anak tidak mampu di tempat tinggalnya dengan mendirikan lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD).

PAUD bernama Jasmine Assalaam itu berlokasi di Dusun Gunung Sono RT 020, Desa Gilirejo, Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.

Disamping sebagai tempat belajar dan bermain anak-anak, PAUD itu juga sekaligus dijadikan sebagai tempat tinggal Joko bersama istrinya, Wahyu Utami (28) dan kedua anaknya, Kayisah (10) dan Hafidz (5).

PAUD Jasmine Assalaam didirikan pada Januari 2019. Bangunan berukuran 8 x 12 meter persegi terdiri dari ruang belajar dan bermain, kantor, satu kamar tidur dan dapur.

Joko mengatakan alasan dirinya mendirikan PAUD tersebut berawal dari keprihatinan terhadap anak-anak di daerah tempat tinggalnya yang tidak mengenyam pendidikan anak usia dini.

Menurut Joko, jarak PAUD maupun TK terdekat dari Dusun Gunung Sono sekitar 3-4 kilometer. Sehingga orangtua tidak memiliki akses transportasi memilih tidak memasukkan anaknya ke PAUD.

"Bagi saya anak mau sekolah itu sudah cukup. Intinya saya itu memfasilitasi masyarakat untuk bisa menyekolahkan anaknya dan aksesnya dekat," kata Joko ditemui Kompas.com di kediamannya Sragen, Jawa Tengah, Kamis (10/10/2019).

Joko menuturkan, pertama kali membuka pendaftaran, PAUD miliknya hanya mendapat enam orang siswa. Seiring berjalannya waktu dan respons masyarakat, jumlah siswa pun meningkat.

Kini jumlah total siswa ada sebanyak 23 orang, baik jenjang PAUD maupun TK dengan diampu empat orang tenaga pengajar (guru).

"Jam belajar anak PAUD mulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 10.30 WIB. Cuma dari pagi sudah kita buka. Kita masuk Senin-Jumat. Dan, Sabtu-Minggu libur," ujarnya.

Joko awalnya ingin menggratiskan biaya sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) bagi orangtua siswa. Namun, dengan segala pertimbangan, akhirnya per siswa ditarik biaya pendidikan sebesar Rp 25.000.

"Tapi kita tidak harga pas. Orangtua mau menawar silakan. Tanpa syarat harus cari keterangan kelurahan (tidak mampu) atau miskin tidak. Yang penting anak mau sekolah. Jangan sampai karena biaya mereka tidak jadi sekolah," tuturnya.

Hidupi PAUD dengan jual karikatur

Sebelum menggagas mendirikan PAUD, suami dari Wahyu Utami ini bekerja sebagai tenaga administrasi sebuah perusahaan di Sukoharjo, Jawa Tengah. Merasa sudah tidak cocok, Joko keluar dari tempat kerjanya.

Joko kemudian menekuni dunia seni kaligrafi dan karikatur yang dia pelajari secara otodidak. Keahliannya itu menjadi sumber penghidupan dan mata pencaharian utama Joko dan keluarga.

Joko sering menerima pesanan untuk dibuatkan karikatur tokoh. Selain dari pesanan, Joko mengaku juga memasarkan hasil karyanya melalui online di media sosial (medsos).

Ada pun karikatur tokoh yang pernah dibuat oleh Joko antara lain Menko Polhukam Wiranto, mantan Bupati Sragen Agus Fathurahman, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri dan tokoh lainnya.

Bahkan, karikatur hasil karya Joko pernah dibeli oleh warga Jerman, Denmark dan Malaysia.

"Karikatur tokoh yang saya jual harganya bervariasi, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah," terang Joko yang mengalami kondisi arthrogryposis ketika kedua tangannya tumbuh tidak normal dan sulit digerakkan sejak lahir.

Penghasilan dari menjual karya seni kaligrafi dan karikatur tokoh itu, jelas Joko, selain untuk kebutuhan hidup sehari-hari, juga untuk operasional PAUD Jasmine Assalaam yang didirikannya.

"Saya pengin ke depannya sekolah ini bisa menjadi sekolah yang bisa memfasilitasi anak. Karena keprihatinan awal saya itu melihat perbedaan fasilitas pendidikan antara pendidikan di desa sama kota. Di kota mereka punya fasilitas pendidikan yang lengkap. Di desa, jangankan untuk memikirkan fasilitas pendidikan, untuk membayar sekolah saja susah," katanya.

https://regional.kompas.com/read/2019/10/11/06102151/kisah-joko-murtanto-difabel-yang-dirikan-paud-untuk-anak-anak-tak-mampu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke