Saat awal membuka bisnis, ia dibantu seorang pegawai dan hanya bisa menjual 10 porsi mie setan.
Kala itu, dia pulang ke rumah hanya dengan membawa uang Rp 10.000.
Di awal membuka usaha mie setan, Doni menguras tabungan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ia juga sempat terjebak pinjaman rentenir dan bebeberapa kali meminjam uang ke mertua.
Keluarganya juga sempat terguncang karena Doni hanya pulang membawa Rp 10.000 setiap hari.
Keadaan semacam itu membuat Doni berinovasi dengan mengembangkan produk dan pemasaran.
Ia pun mulai endorse, jualan online hingga bekerja sama dengan Go Food dan Grab Food.
Setelah lima bulan jatuh bangun, usaha yang dirintis Doni mulai membuahkan hasil.
Mie setan buatannya mulai dipesan oleh banyak orang.
Mie Setan Cijereh milik Doni mulai dikenal bahkan banyak pemesan berasal dari luar Kota Cimahi.
“Pernah rekor antrean sampai 2,5 jam. Pemesanan sehari sekitar 500-600 porsi,” ucap dia.
Karena kewalahan dengan pesanan yang datang dari Cimahi, Bandung, dan sekitarnya, ia membuka franchise.
Saat ini sudah ada tiga tempat yang menjual mi setan yakni Geger Kalong, M Ramdan, dan Kopo Sayati.
Permintaan franchise pun terus berdatangan. Tak hanya dari Bandung dan sekitarnya. Luar Jabar seperti Jakarta hingga Banyuwangi pun mengajukan franchise.
Namun untuk saat ini, ia akan lebih fokus ke daerah terdekat dahulu.
Kebutuhan cabai untuk Mi Setan Cijereh antara 5-10 kg per hari. Cabai tersebut direbus dan diolah secara khusus.