Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Para Mahasiswa Demonstran, Kendaraan Dirazia hingga Didukung Masyarakat

Kompas.com - 01/10/2019, 16:22 WIB
Rachmawati

Editor

#GejayanMemanggil dihadiri ribuan orang, tak cuma mahasiswa, tapi juga pelajar dan kalangan pekerja. "Kami tahu kelompok apa saja yang ada dalam gerakan ini, tapi di depan publik, kami tidak pernah menyebut siapa mereka."

"Kami tidak ingin terikat kepentingan apa pun dan menghindari penokohan dalam gerakan," tutur Nailendra.

Pada 23 September 2019 lalu, mayoritas peserta aksi #GejayanMemanggil tak mengenakan jaket almamater. Tak terlihat pula bendera organisasi mahasiswa, baik yang berbasis keagamaan maupun daerah.

Pada 30 September 2019 ini, mereka berencana kembali turun ke jalan untuk menyampaikan setidaknya tujuh tuntutan kepada DPR dan pemerintah.

Mereka mendesak pembahasan ulang RKUHP, merevisi UU KPK yang baru disahkan dan menggagalkan pelemahan komisi antirasuah, serta mengadili setiap pihak yang merusak lingkungan. DPR dan pemerintah bersikukuh undang-undang baru KPK tidak bertujuan melemahkan lembaga itu.

Mereka juga menolak pasal-pasal bermasalah dalam RUU Ketenagakerjaan dan RUU Pertanahan. #GejayanMemanggil mendesak pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dan penghentian kriminalisasi aktivis.

"Kami berharap ini tetap jadi aksi damai. Kami berdoa supaya Senin nanti tidak ada bentrok seperti yang terjadi di daerah lain," kata Nailendra.

Baca juga: Aksi #GejayanMemanggil 2 Berlangsung Tertib dan Damai


Penuh kejutan

Mahasiswa dari sejumlah elemen mahasiswa se-Jabodetabek berunjuk rasa di depan kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (23/09)ANTARAFOTO/M RISYAL HIDAYAT Mahasiswa dari sejumlah elemen mahasiswa se-Jabodetabek berunjuk rasa di depan kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (23/09)
Peneliti Politik dari UGM, Amalinda Savirani menilai demonstrasi mahasiswa yang bergelombang belakangan ini muncul dikarenakan kesadaran bersama pada isu utama: korupsi.

Isu ini disebutnya menjadi pengikat bagi kelompok mahasiswa di pelbagai kota di Indonesia.

Selain itu, isu seperti RKUHP juga mengikat mahasiswa untuk berunjuk rasa di pelbagai kota.

"Mereka akan beranjak ke dunia kerja dan harus kerja lembur ke malam. Dan RKUHP bilang akan menghukum sebagai pelanggaran dan denda," katanya.

Baca juga: Polres Sleman Turunkan 300 Personel Amankan Aksi #GejayanMemanggil 2

Linda menilai unjuk rasa mahasiswa di sejumlah kota telah mempengaruhi para pengambil keputusan. Alasannya, sejumlah RUU batal disahkan.

Linda menggambarkan gelombang unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa sebagai sesuatu yang 'mengejutkan'. Sebab, dalam waktu singkat, mereka mampu berkumpul dan bergerak bersama.

Para Seniman Muda saat menampilkan pertunjukan seni di aksi #GejayanMemanggil 2 di sisi Utara Simpang Tiga Kolombo.KOMPAS.com/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA Para Seniman Muda saat menampilkan pertunjukan seni di aksi #GejayanMemanggil 2 di sisi Utara Simpang Tiga Kolombo.

"Media sosial membuat konsolidasi berlangsung cepat dan kemudian bisa mengumpulkan banyak simpatisan," kata Linda. Ia juga bilang kalau simpul unjuk rasa juga berasal dari sejumlah tagar, antara lain #semuabisakena.

Menurut Linda, kemajuan teknologi dan informasi membawa banyak perubahan terhadap gaya demonstrasi mahasiswa saat ini. Dulu, kata dia, konsolidasi massa kerap dilakukan secara tatap muka.

Selain itu, unsur senioritas masih sangat kuat pengaruhnya. Beda dengan mahasiswa saat ini yang lebih terikat pada isu bersama.

Baca juga: Pesan Sri Sultan untuk Demo Mahasiswa dan Aksi #GejayanMemanggil

"Kalau dulu, ikut senior. Ikut senior itu harus serius. Bikin poster tidak boleh nyeleneh, posternya dikontrol sekali," kata Linda.

Linda melanjutkan, peran organisasi ekstra kampus pun kini mulai menipis dalam konsolidasi mahasiswa.

"Mereka tidak peduli siapa yang pimpin. GMNI, PMII, atau apa itu enggak terlalu menjadi penting karena memang gerakannya berasal dari kutub-kutub kecil yang kemudian menjadi gelombang besar," katanya.

Baca juga: Pesan Sri Sultan untuk Demo Mahasiswa dan Aksi #GejayanMemanggil

Linda melihat aksi unjuk rasa mahasiswa saat ini membuka saluran berekspresi melalui banyak hal, seperti pembuatan poster-poster yang bisa menarik perhatian publik.

"Menurut saya ini tak apa-apa, karena bisa saling me-redefinisi apa itu aksi politik?

"Dulu aksi politik kencang banget, semuanya keras dan galak. Sekarang tetap dapat intinya, bahwa kami ingin perbaikan, meski dengan cara yang kreatif," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com