Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Pasca-kerusuhan di Wamena, Kontak Senjata dengan KKB hingga 1 Keluarga Ditemukan Tewas Terbakar

Kompas.com - 25/09/2019, 11:45 WIB
Candra Setia Budi

Editor

KOMPAS.com - Pasca-kerusuhan yang terjadi di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Senin (23/9/2019) menyebabkan banyak bangunan rusak dan terbakar bahkan korban jiwa.

Hingga Selasa malam, tercatat ada 28 korban jiwa tewas dalam kerusuhan yang terjadi, sembilan di antaranya merupakan warga Sumatera Barat (Sumbar). 

Selain itu, saat terjadi kerusuhan, aparat gabungan TNI-Polri sempat kontak senjata dengan kelompok kriminal bersenjata (KKB). 

Sementara itu, warga yang takut akan terjadinya aksi susulan, memilih untuk mengungsi di sejumlah pengungsian yang sudah disediakan, tercatat ada 5.000 warga yang mengungsi.

Berikut ini fakta baru pasca-kerusahan di Wamena:

1. Aparat sempat kontak senjata dengan KKB

Ilustrasi penembakan.Shutterstock Ilustrasi penembakan.

Komandan Kodim 1702/Jayawijaya Letkol Inf Candra Dianto mengatakan, saat terjadi kerusuhan di Kota Wamena aparat gabungan TNI-Polri sempat kontak senjata dengan kelompok kriminal bersenjata (KKB).

"Kita dua kali kontak senjata," katanya saat dihubungi melalui telepon, Selasa (24/9/2019).

Diakuinya, saat terjadi kontak senjata dengan KKB, aparat tidak fokus untuk mengejar kelompok tersebut karena sedang melakukan evakuasi terhadap warga.

Namun, ia memperkirakan bahwa kelompok tersebut berasal dari Kabupaten Lanny Jaya.

"Di Pasar Jibama sekali, kemudian di Kutikerek (kontak senjata) dengan Koramil. Dugaan saya itu dari kelompoknya Purom Okinam Wenda dari Lanny Jaya karena dia sempat mengeluarkan statement bahwa dia akan membalas dendam atas meninggalnya Wempius Wantik," jelasnya.

Baca juga: Saat Kerusuhan Wamena, Aparat Sempat Kontak Senjata dengan KKB

2. Korban tewas kerusuhan di Wamena menjadi 28 orang

Ilustrasi tewas.Shutterstock Ilustrasi tewas.

Kabid Humas Polda Papua Kombes AM Kamal mengatakan, jumlah korban jiwa akibat kerusuhan yang terjadi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, terus bertambah.
Hingga Selasa malam, jumlahnya telah mencapai 28 orang yang ditemukan dalam keadaan tewas.

"Sampai tadi malam ditemukan 17 meninggal dunia, namun setelah satu hari melakukan pencarian di beberapa tempat yang dibakar, ditemukan beberapa jenazah, total sudah 28 orang tewas," ungkapnya di Jayapura, Selasa.

Baca juga: 28 Tewas akibat Kerusuhan Wamena, Ditemukan Jenazah Satu Keluarga Terbakar

3. Satu keluarga ditemukan tewas terbakar

Ilustrasi kebakaranKompas.com/Wisnubrata Ilustrasi kebakaran

Saat petugas gabungan melakukan pembersihan, sambung Akmal, ditemukan satu keluarga yang tewas terbakar.

"Bahkan, ada yang satu keluarga, 5 orang. Kami tahu karena tetangganya yang menunjukan," katanya.

Menurut Kamal, para korban tewas rata-rata mengalami luka bacok, luka bakar, tusukan dan luka akibat terkena benda tumpul.

Baca juga: Polisi Temukan 9 Mayat dalam Puing Bangunan, Korban Tewas Kerusuhan Wamena Jadi 27 Orang

4. Sembilan korban tewas kerusuhan di Wamena warga Sumbar

Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul AbitKompas.com/PERDANA PUTRA Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit

Adanya aksi kerusuhan yang berujung anarkis di Kota Wamena mengakibatkan korban jiwa, hingga Selasa malam tercatat ada 28 korban jiwa, sembilan di antaranya merupakan warga Sumatera Barat (Sumbar).

Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit membenarkan sembilan orang korban yang tewas akibat kerusuhan yang terjadi di Kota Wamena, berasal dari Sumbar.

Mereka adalah S (36), istrinya P (30) dan anaknya R (4), JA (23), H (20). Kemudian, I (8), IW (24), N (40) dan YN (28).

"Benar ada 9 orang yang berasal dari Sumbar. Atas nama Pemprov Sumbar kami mengucapkan belasungkawa yang mendalam," katanya.

Nasrul mengatakan, pihaknya sudah mengklarifikasi hal itu ke Wamena. Semua korban berasal dari Pesisir Selatan.

Baca juga: 9 Korban Tewas Kerusuhan di Wamena Berasal dari Pesisir Selatan, Sumbar

5. Gubernur Papua bentuk tim investigasi

Gubernur Papua Lukas EnembeKOMPAS.COM/DHIAS SUWANDI Gubernur Papua Lukas Enembe

Akibat kerusuhan yang terjadi di Wamena, menyebabkan korban jiwa, dan kerugian material yang tidak sedikit.

Untuk mengetahui penyebab sesungguhnya kerusuhan, Gubernur Papua Lukas Enembe berinisiatif menerjunkan tim investigasi.

"Kami akan turunkan lembaga independen untuk lakukan investigasi kejadian kemarin," ujar Lukas, di Jayapura, Selasa.

Baca juga: Gubernur Papua Bentuk Tim Investigasi soal Kerusuhan Wamena

6. 5.000 warga mengungsi

Ilustrasi pengungsiShutterstock.com Ilustrasi pengungsi

Komandan Kodim 1702/Jayawijaya, Letkol Inf Candra Dianto mengatakan, kerusuhan yang terjadi di Wamena menyebabkan bangunan rusak dan terbakar.

Akibatnya, hingga kini ribuan warga memilih mengungsi di sejumlah titik pengungsian.

"Total yang saat ini mengungsi sekitar 5.000 orang," ujarnya.

Baca juga: Pasca-kerusuhan Wamena, 5.000 Orang Mengungsi

7. Ada empat titik pengungsian

Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol AM. KamalKOMPAS.COM/DHIAS SUWANDI Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol AM. Kamal

Kabid Humas Polda Papua Kombes AM Kamal menyebut, saat ini terdapat ada 4 titik pengungsian di Wamena.

"Saat ini pengungsi ada di Polres Jayawijaya, Kodim, DPRD Jayawijaya dan Aula Gereja. 4 lokasi tersebut seperti melingkar," ujar dia.

Kondisi di pengungsian, sambung Kamal, kini lebih terakomodir karena ketersediaan bahan pokok sudah cukup memadai, tidak seperti hari sebelumnya.

Baca juga: Polisi Tambah Personel Amankan Pendatang di Wamena

Sumber: KOMPAS (Dhiaz Suwandi)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com