Eka mengatakan, sakit ISPA yang diderita anaknya hampir dipastikan akibat menghirup udara yang tidak sehat dari kebakaran hutan.
"ISPA ini berkaitan dengan pernafasan dan hampir dipastikan Syakila sakit karena udara yang tidak sehat," katanya.
Segera tangani asap
Eka mengatakan, sebagai orangtua, dirinya tidak ingin anak-anak lain mengalami hal yang sama dengan Syakila.
Untuk itu, dirinya berharap pemerintah serius dalam menangani persoalan karhutla yang terus berulang kali terjadi.
"Kasihan melihat anak-anak sakit. Korban bukan hanya Syakila saja. Masih banyak korban lain. Tolong pemerintah serius menangani persolan yang terus berulang ini," katanya.
Asap di Sumbar memang sudah memasuki level berbahaya.
Berdasarkan hasil pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang, Sumbar, tercatat konsentrasi polusi partikulat (pm10) sudah berada di level berbahaya.
Baca juga: Kondisi Udara di Dharmasraya Memburuk, Penderita ISPA Meningkat Tajam
Pada Senin (23/9/2019) pukul 09.00 WIB tercatat pm10 mencapai 458 mikrogram/m3. Kemudian pada pukul 10.00 WIB naik menjadi 487 mikrogram/m3.
Angka tersebut berada level berbahaya. Sementara konsentrasi polutan partikulat yang dibolehkan berada di udara ambien yaitu 150 mikro gram/m3.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.