Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/09/2019, 19:10 WIB
Idon Tanjung,
Farid Assifa

Tim Redaksi

PEKANBARU, KOMPAS.com - Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Provinsi Riau terus bertambah.

Kebakaran tersebut memicu munculnya kabut asap dan hampir merata menyelimuti bumi Lancang Kuning itu.

Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Jim Gafur mengatakan, luas hutan dan lahan yang terbakar di Riau sejak 1 Januari hingga 9 September 2019 sebanyak total 6.464 hektare.

Baca juga: Kebakaran Hutan Lindung Ilinmedo Mencapai 5 Hektare, Ini Penyebabnya

Meski demikian, kata Jim, upaya pemadaman masih terus dilakukan tim Satgas Karhutla Riau.

Ada beberapa titik api yang mesti ditangani dengan lebih serius.

"Saat ini ada beberapa titik api yang cukup besar terjadi seperti di wilayah Kabupaten Bengkalis, Pelalawan, Indragiri Hulu (Inhu) dan Indragiri Hilir (Inhil). Untuk titik api di Inhu dan Inhil, memang penanangan harus kita lakukan lebih serius," kata Jim saat diwawancarai Kompas.com, Senin (9/9/2019).

Dia mengaku, pemadaman karhutla terus dilakukan oleh tim satgas darat, yakni TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni, Masyarakat Peduli Api (MPA) dan dibantu beberapa perusahaan swasta. 

Jumlah personel yang terlibat mencapai ribuan. Mereka setiap hari berjibaku memadamkan api tanpa libur.

Menurut Jim, jumlah personel yang ada saat sudah cukup, sehingga tidak perlu ditambah.

"Di Riau personel pemadam karhutla sudah cukup, kurang lebih empat sampai lima ribu personel. Karena sudah tergabung dari berbagai satuan. Kemudian, kita saat ini masih ada dua heli water bombing yang beroperasi," sebut Jim.

Meski jumlah personel sudah mencukupi, kata Jim, akan tetapi ada titik api yang tidak bisa dijangkau oleh petugas.

"Kendalanya banyak sekali. Mulai dari minimnya sumber air, akses ke lokasi jauh dan ditambah cuaca panas. Bahkan ada petugas yang ke lokasi menggunakan perahu, yakni di Desa Pulau Helan, Inhil. Jadi titik api yang tidak bisa dijangkau, kita menggunakan heli water bombing," kata Jim.

Kendala lainnya, lanjut dia, petugas juga ada yang harus berhadapan dengan hewan buas, seperti harimau, beruang hingga buaya.

"Seperti di Desa Pulau Gelang, Inhu, petugas pernah menjumpai harimau, beruang dan buaya. Karena pemadaman (karhutla) dekat dengan (Suaka Margasatwa) Kerumutan. Jadi, untuk memadamkan titik api ini tidak mudah. Petugas harus bertaruh nyawa," kata Jim.

Kabut asap merata

Jim mengatakan, kabut asap karhutla saat ini sudah merata menyelimuti wilayah Riau.

"Sudah merata di 12 kabupaten dan kota. Paling cuma di Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), yang agak kurang asapnya, dan kebakaran juga tidak ada di sana," sebut Jim.

Baca juga: 289 Titik Panas, Kabut Asap Karhutla di Riau Makin Parah

Namun, dia menyebut kabut asap ini bukan hanya imbas dari karhutla di Riau sendiri. Akan tetapi, ada juga asap kiriman dari karhutla di Jambi.

"Berdasarkan pantauan BMKG, arah angin dari Jambi ke Riau. Ini yang membuat kita cukup khawatir apabila kebakaran di daerah selatan Riau tidak tertanggulangi, maka asapnya akan terus masuk ke Riau," kata Jim.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com