Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Derita Korban Bencana Karhutla, Berharap pada Hujan hingga Napas Semakin Sesak

Kompas.com - 06/09/2019, 17:20 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Bencana kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan masih menjadi sorotan Presiden Joko Widodo.

Hal itu terlihat saat Presiden Jokowi mengingatkan Gubernur Kalbar Sutarmidji untuk segera mengambil tindakan agar karhutla yang menyebabkan terjadinya kabut asap tidak meluas.

"Tadi saya sampaikan ke gubernur. Jangan sampai kabut asap meluas," kata Jokowi, usai menyerahkan sebanyak 760 sertifikat melalui program Tanah Objek Reformasi Agraria (TORA) di Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (5/9/2019) siang

Sementara itu, berdasarkan pantauan Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), hingga Kamis (5/9/2019) siang, terpantau 935 titik panas di hampir seluruh wilayah Kalbar.

Kondisi tersebut membuat kualitas udara di Pontianak buruk. Seperti dilansir dari laman BMKG Pontianak, kualitas udara melampaui nilai ambang batas (NAB), yakni 205.37 µgram/m3, yang artinya masuk kategori tidak sehat.

Orangtua dan anak-anak paling terkena dampak asap

Salah satu warga Pekanbaru, Riau, Elis Masitoh (42) dan anaknya Hafiz (11) berdiam diri di rumah karena sakit akibat terpapar kabut asap karhutla, Jumat (6/9/2019).KOMPAS.com/IDON Salah satu warga Pekanbaru, Riau, Elis Masitoh (42) dan anaknya Hafiz (11) berdiam diri di rumah karena sakit akibat terpapar kabut asap karhutla, Jumat (6/9/2019).

Bencana karhutla selama kurang lebih satu bulan juga telah membuat warga di Pekanbaru, Riau, mulai mengalami masalah kesehatan.

Salah satunya, Elis Masitoh (42), warga Kelurahan Sidomulyo Barat, Kecamatan Tampan, Pekanbaru. Dirinya mengaku sudah seminggu mengalami demam akibat kabut asap.

"Saya sakit udah seminggu. Badan lemas, batuk, demam dan sasak napas. Salah satunya penyebabnya kabut asap, karena udara tidak sehat," ujar Elis kepada Kompas.com, Jumat (6/9/2019).

Menurut dia, kabut asap di wilayahnya cukup pekat pada pagi hari sejak sepekan terakhir.

"Saya memang jarang pakai masker, karena saya sehari-hari cuma ke warung dekat rumah saja," ujar Elis.

Lalu dia mengatakan, gejala awalnya demam, badan lemas, kemudian batuk berdahak. Bahkan, Elis mengaku tidak bisa tidur pada malam hari karena sesak napas.

"Setelah ke klinik mulai berkurang. Tapi malamnya panas dan sesak lagi. Jadi akhirnya saya bawa berobat ke rumah sakit," kata Elis.

Baca juga: Orang Tua hingga Anak-anak Mengeluh Sakit karena Asap Karhutla di Pekanbaru

Kondisi serupa juga dialami oleh kedua anak Elis, Hafiz (11) dan Fiki (9). Kedua buah hatinya itu juga mengalami demam akibat terpapar kabut asap. Kedua anaknya sempat libur sekolah karena sakit.

"Anak saya yang besar kelas 5 SD demam batuk dan sesak napas. Yang kecil kelas 3 SD, juga demam dan badan panas. Susah tidur juga. Jadi dua hari mereka libur sekolah," kata Elis.

Sementara itu, Komandan Koramil 01/Rengat Kapten Inf Legimin mengatakan, luas lahan yang terbakar di wilayah Riau sekitar 85 hektar. Pemadaman pun menemui sejumlah kendala.

"Kendala di lapangan, cuaca cukup panas, kemudian angin kencang, sehingga asap membuat jarak pandang kurang dari 10 meter," kata Legimin.

Siapkan posko dan sarankan pakai masker 

Pengguna jalan menggunakan masker yang dibagikan petugas kesehatan dari Puskesmas Cot Simeureung, Kecamatan Samatiga dan Layung, Kecamatan Bubon, Kabupaten Aceh Barat, menyusul kabut asap kebakaran hutan dan lahan gambut yang sangat pekat, Kamis (1/8/2019). Selain kepada pengguna jalan, masker juga dibagikan kepada siswa empat sekolah yang terdampak kabut asap di Kecamatan Samatiga, yang berada di Desa Suak Timah dan Desa Blang Bale.KOMPAS.com/RAJA UMAR Pengguna jalan menggunakan masker yang dibagikan petugas kesehatan dari Puskesmas Cot Simeureung, Kecamatan Samatiga dan Layung, Kecamatan Bubon, Kabupaten Aceh Barat, menyusul kabut asap kebakaran hutan dan lahan gambut yang sangat pekat, Kamis (1/8/2019). Selain kepada pengguna jalan, masker juga dibagikan kepada siswa empat sekolah yang terdampak kabut asap di Kecamatan Samatiga, yang berada di Desa Suak Timah dan Desa Blang Bale.

Sementara itu, kondisi asap karhutla di Palembang, Sumatera Selatan, juga semakin mengkhawatirkan.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Lesty Nuraini bahkan telah menyiapkan posko sebagai upaya pencegahan penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

"Tim kesehatan akan selalu siaga di posko itu. 17 Kabupaten/Kota sudah diinstruksikan mendirikan posko. Setiap warga yang mengeluh akan langsung ditindaklanjuti," kata Lesty, Jumat (6/9/2019).

Selain itu, petugas mengimbau warga untuk mengurangi aktivitas di luar rumah serta menggunakan masker.

"Partikel dari asap sangat berbahaya, jadi ketika berada di luar harus gunakan masker," ujarnya.

Berharap hujan segera turun

Bencana karhutla juga muncul di Kalimantan Selatan. Menurut Kepala pelaksana BPBD Kalsel Wahyuddin mengatakan, setiap hari titik api terus bermunculan.

"Setiap hari ada saja titik api bermunculan di wilayah kami sehingga heli water bombing terus dikerahkan untuk pemadaman," ujar Wahyuddin, kepada wartawan, Kamis (5/9/2019).

Menurut Wahyuddin, saat ini heli water bombing dikerahkan 2 kali sehari pagi dan sore untuk membantu pemadaman tim darat yang sulit menjangkau titik api.

Namun, dengan seluruh sumber daya yang dimiliki, pihaknya berharap agar segera turun hujan agar karhutla bisa segera diatasi.

"Kami hanya menekan karhutla karena mustahil memadamkan titik api secara keseluruhan, kecuali ada hujan," lanjut Wahyuddin.

Sumber: KOMPAS.com (Aji YK Putra, Idon Tanjung, Hendra Cipta, Andi Muhammad Haswar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com