Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelombang Tinggi, KNKT Sulit Deteksi Keberadaan MV Nur Allya

Kompas.com - 05/09/2019, 19:08 WIB
Yamin Abdul Hasan,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

TERNATE, KOMPAS.com - Pencarian keberadaan kapal kargo MV Nur Allya yang dilakukan Tim SAR gabungan bersama Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) di perairan Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, Kamis (05/09/2019) menemui kendala.

Tinggi gelombang yang mencapai 2-3 meter di perairan Halmahera, menyulitkan alat dari KNKT untuk mendeteksi keberadaan kapal yang hilang sejak 23 Agustus 2019 itu.

Kepala Basarnas Ternate, Muhammad Arafah ketika dihubungi menjelaskan, alat Ping Locator yang dimiliki KNKT tidak bisa dipakai jika cuaca dalam kondisi tidak bersahabat sehingga harus menunggu cuaca membaik.

Pencarian katanya akan kembali dilanjutkan pada Jumat (06/09/2019) besok pagi dengan menggunakan kapal Basarnas KN 237 Pandudewanata menuju lokasi pertama kali kapal MV Nur Allya mengirimkan distress alert (sinyal marabahaya).

Baca juga: Misteri Hilangnya MV Nur Allya Diselidiki KNKT, Black Box Kapal Dicari

“Besok pagi pukul 04.00 Wit kembali ke lokasi distress bersama dengan tim dari KNKT. Mudah-mudahan cuaca membaik,” kata Muhammad Arafah saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Jumat (05/09/2019).

Alat Ping Locator itu diharapkan dapat menemukan benda yang memancarkan sinyal dari dasar laut.

Disinggung batas waktu pencarian MV Nur Allya, Muhammad Arafah belum dapat memastikannya karena masih menunggu penyelidikan yang dilakukan KNKT.

 “Kalau misalkan besok, cuaca membaik kemudian alat dari KNKT bisa digunakan, maka setelah itu kita akan koordinasikan kembali dengan Basarnas Pusat,” katanya lagi.

Baca juga: Basarnas Ternate: Kemungkinan Besar Kapal MV Nur Allya Telah Tenggelam

 Ceceran minyak

Sementara ditanya hasil identifikasi tumpahan minyak yang ditemukan di Perairan Obi, Arafah mengatakan bahwa sampel tersebut masih tertahan di Ternate karena tidak ada air lines yang bersedia mengangkutnya mengingat merupakan benda cair.

“Tidak bisa diangkut karena itu benda cair. Pesawat tidak bisa harus dengan kapal laut. Padahal kalau dengan kapal butuh waktu sekitar seminggu. Sudah saya koordinasi dengan kepala bandara tapi tidak bisa, air lines tidak terima,” kata Muhammad Arafah.

Kapal MV Nur Allya berangkat dari pelabuhan Sagea, Halmahera Tengah pada 20 Agustus 2019 dengan memuat sekitar 50 ribu ton nikel tujuan Morosi, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Kapal tersebut dikabarkan hilang mulai 23 Agustus 2019, dimana pertama kali memancarkan sinyal marabahaya di sekitar perairan Pulau Obi, Halmahera. 

Baca juga: Kisah Pencarian Kapal MV Nur Allya: Sekoci Ditemukan, tapi 25 ABK Hilang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com