Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Miris, Penampakan Gunung Sampah Berusia 50 Tahun di Aliran Kali Baru

Kompas.com - 04/09/2019, 16:56 WIB
Ramdhan Triyadi Bempah,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Tim patroli gabungan dari Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) dan Satgas Naturalisasi Ciliwung terpaksa menghentikan laju perahu karetnya saat menyusuri aliran Kali Baru, di Desa Cilebut Barat, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor.

Seketika, bau menyengat tercium dari balik rerimbunan pohon di sepanjang jalur aliran kali itu. Udara yang sudah tak segar itu mau tidak mau harus mereka hirup.

Mereka pun terkejut ketika tahu bau tak sedap itu muncul dari tumpukan sampah yang sudah menggunung di sisi kiri dan kanan di lokasi tersebut.

Perahu karet yang mereka naiki juga tidak bisa lagi melaju karena tertahan tumpukan sampah yang menyerupai sebuah pulau kecil di tengah kali.

Baca juga: Ketika Dubes Korea Ikut Bersih-bersih Pantai Cirebon dari Sampah Plastik

Pemandangan tak sedap itu pun terpaksa harus mereka nikmati.

Entah apa yang harus dilakukan untuk membersihkan sampah-sampah yang didominasi limbah styrofoam dan plastik itu.

Kondisi aliran Kali Baru yang menghubungkan antara Kota Bogor, Kabupaten Bogor, dan Kota Depok ini memang sangat mengkhawatirkan.

Sampah menumpuk selama 50 tahun

Sampah-sampah yang telah dibuang ke sana diperkirakan sudah menumpuk sejak puluhan tahun.

Dari hasil perbincangan antara tim patroli dengan warga setempat, sampah-sampah di sana sudah ada jauh sebelum mereka tinggal di sekitar Kali Baru.

"Kita ketemu dengan ibu-ibu yang sedang nyuci piring, nyuci baju, gosok gigi di situ. Kita tanya, tumpukan sampah di sini sudah berapa lama?" ungkap Ady Saiman, anggota Satgas Naturalisasi Ciliwung, Rabu (4/9/2019).

Baca juga: Dulu Spring Bed, Kini Televisi Diangkat dari Parit di Medan

"Mereka bilang mungkin lebih dari 40 sampai 50 tahun. Karena ketika kami kecil ini sudah ada, bahkan katanya sebelum kami ada tumpukan sampah ini sudah ada," lanjutnya. 

Ady bersama rekan-rekan lainnya pun tercengang mendengar pengakuan warga itu.

Yang lebih membuatnya terkejut, bukan hanya sampah-sampah limbah rumah tangga saja yang ada di sana.

Ada sampah spring bed...

Tim patroli dari Komunitas Peduli Ciliwung bersama Satgas Naturalisasi Ciliwung saat berada di tumpukan sampah yang menggunung di aliran Kali Baru, Desa Cilebut Barat, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Rabu (4/9/2019).KOMPAS.com/RAMDHAN TRIYADI BEMPAH Tim patroli dari Komunitas Peduli Ciliwung bersama Satgas Naturalisasi Ciliwung saat berada di tumpukan sampah yang menggunung di aliran Kali Baru, Desa Cilebut Barat, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Rabu (4/9/2019).
Sebuah kasur busa (spring bed) dan satu karung ukuran 50 kilogram berisi bungkus permen juga menyita perhatiannya.

Bagi Ady dan pegiat lingkungan Ciliwung lainnya, kondisi itu tentu saja dapat merusak ekosistem.

"Sepanjang tiga kilometer penyusuran kami dari Kampung Cibuluh (Kota Bogor) sampai di Desa Cilebut Barat (Kabupaten Bogor), semuanya sampah," kata Ady.

Ady bersama rekan-rekan lainnya pun berinisiatif mencoba menginformasikan kondisi itu kepada publik lewat media sosial.

Ia berharap, dengan cara itu, seluruh pihak tahu tentang kondisi Kali Baru.

"Inilah yang terjadi, yang baru terekspose. Sekarang, bagaimana semua pihak turun ke bawah sini. Saya yakin persoalan seperti ini ada dimana-mana," katanya. 

"Mari pak Wali Kota Bogor, ibu Bupati Bogor, ada persoalan lingkungan yang terjadi di sini," tuturnya.

Baca juga: Ini Tanggapan Wakil Wali Kota Medan soal Temuan Sampah TV dan Spring Bed di Parit Warga

Belum ada tata kelola sampah yang baik

Relawan Komunitas Peduli Ciliwung Suparno Jumar meyakini, persoalan sampah selalu terjadi di setiap wilayah dan belum ada solusi yang tepat untuk mengatasi kondisi tersebut.

Parno, sapaan akrabnya mengatakan, belum ada satu konsep di negeri ini yang mampu menciptakan tata kelola sampah dengan baik.

"Persoalan sampah bukan hanya terjadi di sini saja, tetapi negeri ini selalu dihadapkan dengan persoalan sampah. Bagaimana Jakarta belum menemukan solusi untuk masalah sampah dengan anggaran begitu besar. Belum lagi di daerah lain," sebutnya.

Sebab itu, ia mengajak seluruh pihak mulai dari tingkat RT hingga Gubernur duduk bersama mencari solusi mengatasi masalah sampah.

Termasuk, kata dia, memberikan edukasi kepada warga secara terus-menerus tanpa berhenti.

"Kalau kita runut tidak dalam konteks menyalahkan, struktur itu ada rt, rw, lurah, camat, bupati, wali kota, gubernur. Kalau saja secara struktur ini mesinnya jalan, mestinya ini sudah terpantau sejak dulu. Saya nggak ngerti ini ada apa, seolah-olah ini tidak jalan," pungkas dia.

Baca juga: Risma Berikan Cara Agar Pengelolaan Sampah di Jakarta Lebih Baik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com