Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Tanggapan Wakil Wali Kota Medan soal Temuan Sampah TV dan Spring Bed di Parit Warga

Kompas.com - 27/08/2019, 12:45 WIB
Dewantoro,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Beberapa hari yang lalu, petugas kebersihan dibuat terheran-heran dengan temuan televisi (tv) dari dalam parit di Jalan Wahid Hasyim, Medan. Video pengangkatannya viral di media sosial.

Februari lalu, bahkan spring bed juga pernah diangkat dengan susah payah.

Wakil Wali Kota Medan Akhyar Nasution mengunggah dua video pengangkatan barang tak lazim itu di akun Instagramnya @nasution.akhyar.

Pada video spring bed, Akhyar menulis dengan 'kesal'. Sedangkan di video tv, dia menuliskan "Hore.. dapat tv dari parit Jl Wahid Hasyim".

Kepada Kompas.com, Selasa (27/8/2019) Akhyar membeberkan perihak dua video yang diunggahnya tersebut, yang merupakan potret dari kawasan kota Medan yang dipimpinnya. 

Baca juga: Dulu Spring Bed, Kini Televisi Diangkat dari Parit di Medan

Kesadaran masyarakat rendah

Akhyar mengatakan, fenomena sampah aneh di parit warga ini tidak terlepas dari paradigma pembangunan. 

Menurutnya temuan tv dan spring bed adalah potret dari perilaku kurangnya kesadaran dalam membuang sampah.

Padahal, pihaknya tak henti-hentinya mengingatkan masyarakat lewat kepala lingkungan (Kepling) untuk mengelola sampah warganya.

Dia mengakui jika pemkot Medan belum bisa menyediakan tempat sampah hingga 100 persen ke semua warga.

Oleh karenanya, masyarakat diajak untuk berkorban dengan menyiapkan wadah sampahnya sendiri sehingga sampah tidak berserakan.

"Saya keliling dengan Kepling juga, tapi ada saja yang masih ngeyel. Itu sudah menjadi risiko. Banjir ini kan tidak hanya di musim hujan. Tapi kan sedimentasi itu terjadi," katanya.

Baca juga: Piramida 4 Meter Ini Dibuat dari Sampah Botol Plastik Pendaki Merbabu...

Pilih sembunyikan sampah daripada bayar retribusi

Dijelaskannya, sudah dua tahun ini baik dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) masih terus melakukan pembersihan di parit-parit warga.

"Banyak ahli yang memberikan pandangan step-step penanganan sampah, masalahnya kita masih di tangga nomor 1, masyarakat belum mewadahi sampahnya. Jadi itu dulu," katanya.

Persoalan lainnya, lanjut dia, ada sebagian masyarakat yang diduga menghindari kewajiban membayar retribusi kemudian lebih senang menyembunyikan sampahnya.

"Suka kali ngumpetin sampahnya entah di parit atau di mana. Nanti giliran banyak baru ketahuan. Sampe harus ditongkrongin sama Keplingnya supaya tak buang sampah di situ. Kita benahi lah satu-satu," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com