Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekolah Ini Sukses Didik Siswa Tidak Gunakan Plastik Sekali Pakai, Caranya?

Kompas.com - 29/08/2019, 08:22 WIB
Andi Hartik,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

“Data yang didapatkan oleh siswa, setiap kelas itu rata-rata mengkonsumsi 12 hingga 15 botol air mineral. Jadi, mereka membeli di kantin dengan jumlah sekian. Akhirnya, kami rata-rata jadi 12 botol plastik setiap kelas, dikali 33 kelas yang ada di sekolah kami. Ada 396 botol plastik yang dihasilkan, setiap hari,” kata dia.

Berdasarkan data itu, pihak sekolah lantas mengajak siswa untuk turut memberikan masukan terkait pengurangan sampah plastik itu.

Kemudian pada 2014, pihak sekolah menyediakan air kemasan galon untuk siswa dengan melakukan uji coba terhadap satu kelas terlebih dahulu.

“Anak-anak diajak berpikir bagaimana kalau setiap hari botol-botol itu dikumpulkan di lapangan. Jangankan sampai satu tahun, beberapa bulan sekolah ini akan terkubur oleh sampah plastik,” kata dia.

“Akhirnya ajak mereka (siswa) untuk berpikir, apa yang bisa kita lakukan. Pertama adalah galonisasi tahun 2014. Supaya siswa tetap bisa minum meskipun tanpa beli air kemasan botol,” kata dia.

Baca juga: 5 Poin soal Larangan Gunakan Kantong Plastik Sekali Pakai di Surabaya

Penyediaan air galon untuk siswa, guru dan semua pihak sekolah, dianggap memberatkan karena harus membeli secara berkala.

Pihak sekolah lantas berinisiatif untuk memanfaatkan zona air minum prima (Zamp) layanan air minum yang disediakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Malang.

Supaya aman, pihak sekolah terlebih dahulu mendatangi Kantor PDAM Kota Malang untuk memastikan bahwa air minum yang disediakannya bisa untuk diminum.

“Kami juga cek ke PDAM, apakah kami tidak meracuni siswa kami dengan air itu. Kami datang langsung ke PDAM, bahwa air minum Zamp ini memang layak,” kata dia.

Pada tahun 2015, instalasi air minum di SMAN 7 Kota Malang selesai dan seluruh siswa diwajibkan untuk membawa tumbler.

Awalnya para siswa menolak, tapi akhirnya mereka sadar bawah dengan membawa tumbler berarti sudah ikut mengurangi peredaran sampah plastik yang berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia.

“2015 kami sudah memutuskan untuk zero plastik. Kami membuat program tumblerisasi,” ungkap dia.

Program itu diterapkan untuk semua komponen yang ada di sekolah. Selain siswa, semua guru dan pihak lainnya di sekolah juga harus membawa tumbler untuk persediaan air minum dan makanan.

Pihak kantin juga dilarang untuk berjualan makanan dan minuman kemasan. Dengan begitu, sekolah itu mampu tidak memproduksi sampah plastik yang dihasilkan dari minuman dan makanan.

Kebiasaan di sekolah menular ke keluarga

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com