Reza menilai banyak informasi yang salah, misalnya saat menstruasi tidak boleh makan daging.
Padahal, pada saat itu, tubuh si anak sangat memerlukan asupan gizi dan protein yang ada dalam daging.
Kemudian juga, masalah sarana dan prasarana di sekolah seperti jamban yang terpisah antara murid laki-laki dengan murid perempuan.
Misalnya sudah terpisah, kondisi jamban sangat tidak layak seperti tidak ada air atau tempat sampah khusus untuk pembalut.
Baca juga: Mabuk Tuak, Seorang Pria di Lampung Nyaris Perkosa Nenek 65 Tahun
Reza menyebut penyediaan pembalut cadangan itu harus disegerakan. Karena, dari hasil penelitian Unicef masih banyak sekolah yang belum tahu mengenai manajemen kebersihan menstruasi itu.
“Di Lampung sendiri dari sekita 40 sekolah yang saya temui, kurang lebih baru tiga sekolah yang tahu mengenai hal ini,” katanya.
Sementara itu, Pengawas SMK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lampung, Sumarsih mengatakan, pihaknya segera memetakan keperluan pembalut cadangan tersebut.
Hal ini dinilai sangat penting karena berkaitan dengan kualitas mutu pendidikan. Jika murid nyaman di sekolah, sudah tentu akan menambah performa belajar siswa.
“Kami akan sampaikan ke kepala dinas mengenai temuan Unicef ini, bahwa sekolah harus menyediakan manajemen kebersihan menstruasi,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.