Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jeritan Petani Garam Pantura Saat Harga Terjun Bebas...

Kompas.com - 15/08/2019, 07:00 WIB
Tresno Setiadi,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

BREBES, KOMPAS.com - Sejumlah petani garam lokal di pesisir pantai utara (Pantura) Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, kini sedang dilanda pilu.

Pasalnya, saat musim panen seperti saat ini harga jual garam justru sedang terjun bebas. Dari harga normal Rp 700-Rp 750 per kilogram, menjadi Rp 250 hingga Rp 300 per kilogram.

Padahal untuk bisa meraup untung, harga garam minimal harus di atas Rp. 700. Alhasil, mereka pun merugi saat musim panen tahun ini.

Menurut Raji, petani garam di Desa Krakahan, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes, para petani hanya bisa pasrah.

Ada puluhan petani garam dengan lahan seluas 30 hektare di kecamatan itu yang mengalami nasib serupa.

Ia tak mengetahui secara persis penyebabnya harga anjlok.

"Harga anjlok sejak bulan ini, awal Agustus. Padahal seharusnya ini lagi musim panen," kata dia, Rabu (14/8/2019).

Baca juga: Dampak Kebocoran Minyak Pertamina, Petani Garam Tak Panen Selama Seminggu

Disampaikan Raji (46), modal untuk mengelola garam di lahan seluas satu hektare setidaknya membutuhkan modal Rp 20 juta.

Harga yang kini berkisar Rp 300 per kilogram membuat petani tidak mendapatkan keuntungan. Untuk mengembalikan modal saja tak cukup.

Saat ini bagi yang terlanjur panen, ada yang sudah menjualnya karena didesak kebutuhan. Ada pula yang menyimpannya sementara di rumah menunggu waktu harga kembali stabil.

"Tapi mau gimana lagi. kami hanya pasrah dengan masih berharap harga bisa kembali normal dalam beberapa hari ke depan," ujarnya.

Hal senada disampaikan petani lain di Desa Cimohong, Kecamatan Wanasari, Amin (53). Dia mengemukakan, harga garam tahun ini menjadi harga yang paling rendah.

Belasan petani yang mengelola sedikitnya 10 hektare di Cimohong juga mengeluhkan nasib serupa.

"Banyak yang mengeluh, istilahnya menjerit. Harga tahun ini yang terendah," ujarnya.

Selain di Kecamatan Tanjung dan Wanasari, anjloknya harga garam juga terjadi di sejumlah wilayah lain seperti di Kecamatan Brebes, dan beberapa desa di Kecamatan Losari.

Baca juga: Dikira Sabu, 8 Bungkus Bubuk Putih Ternyata Garam Campur Tawas

Ketua Kelompok Tani (Gapoktan) Garam Desa SawojajarArif Ghoni mengungkapkan, anjloknya harga garam terjadi merata di Brebes.

Tak hanya di Kecamatan tanjung, hal ini juga terjadi di kecamatan lain yang memproduksi garam di sepanjang pesisir pantura Brebes.

Anjloknya harga garam sebenarnya sudah mulai terlihat sejak Juni. Karena awalnya tak terlalu drastis, ia tak memprediksi kalau harga akan terus merosot hingga Rp 250 per kilogram.

Sehingga ia dan para petani lain tak memiliki antisipasi khusus untuk menghadapi. Harga saat ini berada di titik terendah.

Arif meyakini masuknya garam impor menjadi salah satu penyebab harga garam lokal terjun bebas. Harusnya saat musim panen, harga garam terbilang masih ekonomis.

Padahal garam lokal masih memiliki kualitas yang tak kalah dengan garam impor. Untuk itu, pihaknya sangat berharap agar pemerintah menyetop masuknya garam dari luar negeri demi keberlangsungan petani garam lokal di pesisir Brebes. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com