Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Ricky, Raup Omzet Ratusan Juta dari Jual Sate Lipan, Ekspor hingga ke Vietnam

Kompas.com - 13/08/2019, 09:47 WIB
Dewantoro,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

Lipan yang terkumpul sudah tidak memiliki bisa lagi. Sebab, petani yang menangkapnya langsung mematahkan dua capit di bagian kepala.

Bisa lipan bisa menyebabkan pembengkakan hingga demam. Namun, jika bisa dikeluarkan, tidak akan berefek banyak.

"Lipan itu kita kumpulkan lalu dimasukkan di freezer. Itu masih hidup, tapi sudah lemas. Besoknya kan sudah mati, lalu diurai dengan air setelah itu disate lah seperti itu dengan potongan pelepah sawit," katanya.

Setelah itu, lipan disusun di atas papan kawat untuk selanjutnya dikeringkan di atas perapian atau bara selama beberapa jam. Lipan yang sudah kering itu kemudian disusun di dalam boks styrofoam.

Baca juga: Kisah Darsini, Ibu yang Jadi Viral karena Sang Anak Tulis Surat ke Ganjar

Ricky menambahkan, dia secara penuh menangani lipan ini sejak 2015. Dia mengiklankan terima jual beli lipan di media sosial untuk melebarkan pemasaran yang selama ini dilakukan di Medan, Jakarta dan Surabaya.

"Saya tak tahu ini lipan di sana (Vietnam) dijadikan apa. Tapi kalau di sini untuk pakan ikan arwana. Ada juga yang bilang untuk obat kuat, tak tahu lah," katanya.

Ricky memang baru mengekspor lipan ke Vietnam. Omzetnya terbilang menggiurkan. Untuk satu kilo lipan yang dikirim dijual seharga Rp 1,2 juta. Ricky bisa mengirimkan hingga 460 kilogram. Jika dihitung kasar, omzetnya bisa mencapai ratusan juta.

Itu belum dihitung pengiriman ke Surabaya dan beberapa daerah lainnya.

Pengiriman ke Surabaya sekitar 30.000 ekor per pekan, sedangkan ke Jakarta 5.000 ekor per pekan. Satu ekor lipan dihargai Rp 2.000. Lipan yang diinginkan bukan lipan hidup melainkan lipan kering.

Ekspor ke Vietnam ini sendiri terjadi setelah buyer dari Vietnam datang sendiri ke rumahnya dan melihat langsung.

"Ekspor kemarin buyer itu sendiri datang ke sini. Dia lihat barang kita, dibilang dia, ini produk terbaik  yang saya lihat. Setelah itu lah lalu ngajak kerjasama. Jumlahnya berapapun bisa masuk ke sana," katanya.

Aktivitas pengumpulan lipan juga dilakukan oleh sekitar 10-20 orang lainnya. Namun yang mengekspornya, dia adalah yang pertama.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com