PEKANBARU, KOMPAS.com - Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) turut melanda kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) di Kabupaten Pelalawan, Riau. Hingga kini, api masih sulit dipadamkan.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Karhutla Daerah (BPBD) Riau, luas hutan TNTN yang terbakar lebih kurang 20 hektar.
Dalam upaya memadamkan api, berbagai kendala yang mesti dihadang oleh petugas.
Bahkan, petugas kepolisian jajaran Polres Pelalawan terpaksa menginap di hutan, yang menjadi habitat gajah sumatera, harimau sumatera hingga beruang.
Baca juga: Polisi di Lamongan Mulai Antisipasi Karhutla, Ini yang Dilakukan
Hal ini diungkapkan Kapolres Pelalawan AKBP Kaswandi Irwan saat berbincang dengan Kompas.com saat dihubungi melalui telepon seluler, Kamis (8/8/2019) malam.
Selaku pimpinan tertinggi di Polres Pelalawan, Kaswandi tidak duduk manis saja di kantornya.
Dia mengaku selalu ikut terjun langsung memadamkan titik api bersama anggota, baik personel Polres maupun dari jajaran Polsek.
"Dari awal terjadi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di wilayah Pelalawan, saya turun ke lokasi. Semua kekuatan kami kerahkan," kata Kaswandi.
Menurut dia, berbagai kendala yang dihadapi, mengharuskan polisi tidur di kawasan hutan TNTN.
Di hutan didirikan dua tenda dinas kepolisian, yang tak jauh dari lokasi kebakaran.
"Ini sudah masuk malam ketiga," kata Kaswandi yang mengaku sedang berada di tenda penginapan.
Dia mengatakan, dengan menginap di hutan pemadaman titik api lebih cepat dilakukan, karena akses ke lokasi sangat jauh dan sulit ditempuh.
"Lokasi jauh dijangkau, makanya kita menginap. Dari Polres 4 sampai 5 jam melalui jalan tanah. Apalagi, terkadang api yang sudah kita padamkan bisa naik kembali ditiup angin," ucapnya.
Dia menyebutkan, personel kepolisian diterjunkan sebanyak 61 orang untuk pemadaman api di kawasan hutan TNTN.
Baca juga: Dua Mahasiswa Diusir Kapolda Saat Rapat Penanggulangan Karhutla di Riau
Belum dipastikan sampai kapan polisi akan tidur di hutan tanah gambut tersebut.