SIGI, KOMPAS.com – Minggu (4/8/2019) sore sekitar pukul 16.00 WITA, para penyintas bencana gempa dan likuefaksi Palu yang tinggal di hunian sementara (huntara), di Desa Lolu, Kecamatan Sigi Biromaru, Sulawesi Tengah, dilanda kepanikan.
Mereka berhamburan keluar dan lari menjauh lantaran asap hitam pekat mengepul keluar dari plafon di Blok 8 huntara. “Kebakaran...kebakaran...kebakaran. Air, ambil air, air," teriak mereka.
Teriakan itu membuat warga lain penghuni huntara keluar bilik dan bersiaga. Mereka membawa ember berisi air dan baku bantu memadamkan api yang mulai membesar.
Material huntara yang sebagian berbahan dari tripleks, membuat si jago merah leluasa menjilati bilik demi bilik lainnya.
Hanya dalam hitungan menit, huntara yang dibangun dari hasil sumbangan pembaca Kompas dan Gitaris untuk Indonesia itu tinggal puing.
Baca juga: 20 Huntara Bantuan Pembaca Kompas dan Gitaris Indonesia Terbakar
Tak ada lagi yang bisa diselamatkan. Barang-barang penyintas bencana yang sempat diselamatkan pascagempa September 2018 silam, tak satu pun bisa diselamatkan.
Seorang ibu muda bernama Indah (23) mengaku tengah mandi saat huntara di blok 8 yang ditinggalinya terbakar.
“Saya dengar orang berteriak kebakaran-kebakaran. Langsung keluar saya dengan anak dari kamar mandi. Cuma pakai handuk saya keluar. Untung ada tetangga kasih baju,” kata Indah, Senin (5/8/2019).
Salah seorang penyintas lainnya, Santi (23), yang tinggal di blok 7 mengatakan lidah api hampir menjilati bilik kamarnya.
Beruntung ada tandon atau penampungan air bersih yang dilalap si jago merah.
“Jadi apinya langsung padam. Untung itu tandon ada isinya, jadi airnya langsung menyiram api yang sudah mendekat ke tempat kami,” kata Santi.
Para penyintas yang blok huntaranya terbakar kini mengungsi ke blok huntara Kompas lain yang belum ditinggali.
Di huntara yang dipergunakan sebagai aula itu mereka memilih baju bekas yang dihambur di atas terpal. Suara riuh para ibu dan suara bocah menggambarkan mereka tetap tegar di tengah musibah yang dialami.
“Ini cocok buat kau, coba dulu,” kata seorang ibu.