MEDAN, KOMPAS.com - Tiomsi Pangaribuan (55) menangis sejadi-jadinya lantaran warungnya digusur Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).
Dia bersama Posma Sitanggang (43) dan Tiorisma Sitanggang (51) duduk di depan beko (eskavator) untuk menghalangi kendaraan berat tersebut merobohkan tenda-tenda di warung kopi (warkop) Elisabeth di Medan.
Sambil menangis, Tiomsi mengatakan, sejak tahun 1982 dia sudah membuka warung di Jalan Haji Misbah. Dia menjual makanan, minuman dan rokok.
Saat itu warung tidak serapi sekarang ini. Penataan dan peresmian baru dilakukan pada tahun 2010, di masa Walikota Medan masih dijabat oleh Rahudman Harahap.
Baca juga: Hendak Digusur, Pedagang Minta Wali Kota Medan Tiru Cara Jokowi Tertibkan PKL
Dari berjualan di warkop yang berada tepat di belakang Taman Ahmad Yani dan tepat di depan Rumah Sakir Santa Elisabeth Medan ini, dia bisa menyekolahkan tujuh anaknya.
Masih ada dua lagi anaknya yang duduk di bangku SMP dan SMA. Dia tak tahu bagaimana membayar biaya sekolah kedua anaknya.
"Mata pencaharian kami satu-satunya dari warkop ini. Kalau ini digusur, ke mana lagi kami mencari uang," ujar warga Jalan Subur 2, Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia ini sembari mengusap air matanya, Kamis (1/8/2019).
Posma Sitanggang (43), warga Starban, Kecamatan Kecamatan Medan Polonia membuka kedai rokok di Warkop Elisabeth. Tiga anaknya masih sekolah SMP dan SMA.
Dia sendiri berjualan di warkop itu meneruskan usaha ayahnya. Tak ada usaha lain selain berjualan di warkop.
Sebagaimana Tiomsi, dia pun secara bergantian jualan rokok dengan suaminya.
Baca juga: Masuk Bursa Calon Wali Kota Medan, Ini Tanggapan Bobby Menantu Jokowi
"Saya (jualan) pagi ke sore, suami saya sore ke pagi. Kalau tidak begitu, bagaimana periuk kami, sekolah anak kami, kontrakan rumah kami," katanya.
Tiorisma Sitanggang (51) mengaku tak tahu lagi akan berjualan ke mana setelah digusur.
"Saya ini janda. Lima tahun lalu suami saya meninggal. Setelah digusur, tak tahu lah kami mau ke mana. Apalah daya saya yang janda ini. Hanya jual rokok, tapi tak ada lagi tempat jualan," katanya.
Rahmad, seorang warga yang protes dengan penggusuran Warkop Elisabeth mengatakan, warkop ini merupakan ikon Kota Medan yang memiliki sejarah panjang.
Banyak tokoh-tokoh penting yang pernah duduk dan menikmati suasana di warkop Elisabeth ini.