Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Warkop Elisabeth, Ikon Kuliner Kota Medan yang Digusur dan Tinggal Kenangan

Kompas.com - 01/08/2019, 16:33 WIB
Dewantoro,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Tiomsi Pangaribuan (55) menangis sejadi-jadinya lantaran warungnya digusur Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

Dia bersama Posma Sitanggang (43) dan Tiorisma Sitanggang (51) duduk di depan beko (eskavator) untuk menghalangi kendaraan berat tersebut merobohkan tenda-tenda di warung kopi (warkop) Elisabeth di Medan

Sambil menangis, Tiomsi mengatakan, sejak tahun 1982 dia sudah membuka warung di Jalan Haji Misbah. Dia menjual makanan, minuman dan rokok.

Saat itu warung tidak serapi sekarang ini. Penataan dan peresmian baru dilakukan pada tahun 2010, di masa Walikota Medan masih dijabat oleh Rahudman Harahap. 

Baca juga: Hendak Digusur, Pedagang Minta Wali Kota Medan Tiru Cara Jokowi Tertibkan PKL

Dari berjualan di warkop yang berada tepat di belakang Taman Ahmad Yani dan tepat di depan Rumah Sakir Santa Elisabeth Medan ini, dia bisa menyekolahkan tujuh anaknya.

Masih ada dua lagi anaknya yang duduk di bangku SMP dan SMA. Dia tak tahu bagaimana membayar biaya sekolah kedua anaknya. 

"Mata pencaharian kami satu-satunya dari warkop ini. Kalau ini digusur, ke mana lagi kami mencari uang," ujar warga Jalan Subur 2, Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia ini sembari mengusap air matanya, Kamis (1/8/2019).

Nasib para pedagang

Posma Sitanggang (43), warga Starban, Kecamatan Kecamatan Medan Polonia membuka kedai rokok di Warkop Elisabeth. Tiga anaknya masih sekolah SMP dan SMA.

Dia sendiri berjualan di warkop itu meneruskan usaha ayahnya. Tak ada usaha lain selain berjualan di warkop.

Sebagaimana Tiomsi, dia pun secara bergantian jualan rokok dengan suaminya. 

Baca juga: Masuk Bursa Calon Wali Kota Medan, Ini Tanggapan Bobby Menantu Jokowi

"Saya (jualan) pagi ke sore, suami saya sore ke pagi. Kalau tidak begitu, bagaimana periuk kami, sekolah anak kami, kontrakan rumah kami," katanya. 

Tiorisma Sitanggang (51) mengaku tak tahu lagi akan berjualan ke mana setelah digusur.

"Saya ini janda. Lima tahun lalu suami saya meninggal. Setelah digusur, tak tahu lah kami mau ke mana. Apalah daya saya yang janda ini. Hanya jual rokok, tapi tak ada lagi tempat jualan," katanya.

Diresmikan 2010, jadi ikon kuliner kota Medan

Rahmad, seorang warga yang protes dengan penggusuran Warkop Elisabeth mengatakan, warkop ini merupakan ikon Kota Medan  yang memiliki sejarah panjang.

Banyak tokoh-tokoh penting yang pernah duduk dan menikmati suasana di warkop Elisabeth ini.

Jika Warkop Taman Ahmad Yani atau Warkop Elisabeth ini digusur, maka hilanglah satu ikon kuliner yang menjadi daya tarik Kota Medan ini. 

Baca juga: Bandung, Surabaya dan Medan Minta Inka Buatkan LRT demi Atasi Kemacetan

Ketua Koperasi Warkop Taman Ahmad Yani, Parlin Pangaribuan mengatakan, penggusuran ini aneh karena pada 2010 diresmikan oleh Walikota Medan saat itu, Rahudman Harahap. 

Tapi 9 tahun kemudian dirobohkan oleh Satpol PP yang berdalih menjalankan tugas. 

Keanehan lainnya, Warkop Elisabeth juga masuk dalam buku yang mengulas tentang destinasi kuliner Kota Medan. 

"Kenapa warkop yang diresmikan Rahudman sebagai destinasi wisata kuliner pada tahun 2010 malah digusur. Padahal, bahkan Wapres Boediono dulu dan Jokowi pernah ke sini. Tolong lah, kalau menggusur, di mana relokasinya," katanya. 

Baca juga: Cerita Adilta, Merintis Usaha di Balik Musik Cadas Kota Medan

Kami ini mau ditata, bukan digusur...

Tiomsi Pangaribuan (kanan) menangis saat menceritakan perasaannya karena penggusuran Warkop Elisabeth. Dia tak tahu mau jualan ke mana setelah penggusuran.KOMPAS.com/DEWANTORO Tiomsi Pangaribuan (kanan) menangis saat menceritakan perasaannya karena penggusuran Warkop Elisabeth. Dia tak tahu mau jualan ke mana setelah penggusuran.
Aisyah Naibaho, pemilik salah satu warkop mengatakan, warkop ini dilakukan penataan pada tahun 2010.

Agar tampak tertata rapi, para pedagang harus membuat tenda masing-masing namun seragam. Kemudian untuk steling dibantu oleh perusahaan gas negara (PGN), kapling 6x3 dari Rahudman. 

"Di situ kan menunjukkan bahwa kami ini mau ditata. Bukan digusur. Ini tak tahu lah mau ke mana," katanya. 

Ketua Komisi C DPRD Kota Medan dari Fraksi PDI-P, Boydo Panjaitan yang tiba di lokasi mengaku sangat menyayangkan terjadinya penggusuran.

Baca juga: Viral Aksi Begal di Underpass Titikuning Medan Terekam CCTV, Ini Kata Polisi

 

Dia nenyebutnya sama dengan penindasan terhadap rakyat yang mencari penghidupan dengan berjualan di warkop. 

Menurutnya, masih banyak tempat-tempat yang tidak beres justru tidak ditertibkan. Dia mencontohkan, ada kafe remang-remang di Jalan Juanda, tapi tidak ditertibkan.

Sedangkan Warkop Elisabeth, tempatnya terang benderang dan indah, menjadi daya tarik wisata kuliner, malah digusur. 

"Keluarga pasien rumah sakit yang jaga, bisa makan di sini. Jadi, tempat yang banyak manfaat dirusak. Yang banyak mudharat malah dibiarkan. Kita berharap Pemko Medan ambil sikap atas penggusuran ini," katanya.

Baca juga: Tiga Anggota Pencuri Becak Hantu di Medan Berhasil Diringkus, Begini Kisahnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com