KOMPAS.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Monardo mengajak masyarakat untuk menyadari bahwa Indonesia merupakan kawasan yang sangat rentan terjadi bencana, termasuk gempa dan tsunami.
Menurut Doni, dirinya telah diperintahkan oleh Presiden Joko Widodo untuk menyampaikan fakta tersebut apa adanya kepada masyarakat.
Sementara itu, BPBD DIY melakukan dua langkah antisipasi untuk menghadapi potensi bencana tersebut, yaitu secara struktural dan non struktural.
Berikut ini sejumlah fakta terkait potensi gempa dan tsunami di Indonesia:
Doni mengatakan, Presiden Jokowi sudah meminta BNPB untuk menyampaikan fakta ancaman potensi tsunami dan gempa apa adanya ke masyarakat yang berada di wilayah rawan bencana.
"Presiden dua minggu yang lalu mengatakan, sampaikan apa adanya," kata Doni seusai penanaman mangrove di Pantai Laguna Lembupurwo, Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, dalam rangkaian Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami 2019, Selasa (40/7/2019).
Menurut Doni, saat ini sebagian masyarakat mungkin belum siap menghadapi potensi gempa dan tsunami. Namun sebagian lainnya dinilai telah memahami potensi gempa dan tsunami.
"Sebagian sudah memahami potensi bencana dengan menyampaikan data peristiwa masa lalu. Jadi kalau dikasih tahu tanpa diimbangi data dulu, mungkin (masyarakat) kurang yakin," ujar Doni.
Baca juga: BNPB Ingatkan Tsunami Besar Masa Lalu Dapat Terulang
"1992 tsunami di Flores, korbannya sangat banyak. Kemudian 1994 kejadian di Banyuwangi. Kalau dilihat lagi, mendekati kemarin di Aceh tahun 2004, kemudian Nias, Mentawai, Enggano, Selat Sunda dan terakhir Pelabuhan Ratu," kata Doni.
Lebih jauh lagi Doni menjelaskan, bencana alam tidak hanya terjadi sekali saja.
"Suatu saat akan terulang, karena alam mencari keseimbangan. Terjadilah gesekan, pergerakan lempeng, maka timbul pelepasan energi gempa lebih dari 8 skala richter," jelas Doni.
Baca juga: Gempa Besar Hanya Beri Kita Waktu 3 Menit Selamatkan Diri dari Tsunami
Dalam video yang ada di akun Twitter BPBD DIY, @pusdalops_diy, Kepala Pelaksana BPBD DIY, Biwara Yuswantana, menyebutkan, potensi bencana bisa terjadi kapan saja.
Menurutnya, istilah "potensi" itu berarti bisa terjadi kapan saja. Tidak ada yang bisa memprediksi.
"Tetapi, ini adalah potensi bukan prediksi ya sekali lagi, sehingga kapan terjadinya tidak ada yang tahu," kata Biwara sebagaimana dikutip Kompas Sains.
Baca juga: Tanggapi Viral Potensi Tsunami Laut Selatan, BPBD DIY Keluarkan Video Imbauan
Menghadapi potensi bencana alam, gempa dan tsunami, Biswara menyebut ada dua langkah yang harus dilakukan pemerintah.
Upaya struktural yaitu membangun rumah tahan gempa, penataan ruang, dan memberikan edukasi soal ancaman dan potensi gempa maupun tsunami.
Lalu upaya non-struktural adalah masyarakat diharapkan bisa memahami kondisi dan situasi saat gempa dan tsunami besar melanda
Menurut Doni, ketika terjadi gempa skala besar dengan durasi lama, masyarakat di wilayah pesisir diminta segera meninggalkan lokasi kurang dari tiga menit untuk mencari tempat aman.
"Karena tidak semua daerah punya peringatan dini, kalau yang punya (sistem) peringatan dini alhamdulillah. Kalau yang tidak punya, otomatis kesadaran segera tinggalkan kurang dari tiga menit," ujar Doni.
Berdasarkan pengalaman gempa dan tsunami di Palu, kata Doni, peringatan tsunami baru keluar pada menit kelima saat terjadinya gempa.
Baca juga: Kata Ganjar Soal Viral Isu Tsunami Laut Selatan Jawa: Enggak Usah Geger, Tenang Saja
Sumber: KOMPAS.com (Fadlan Mukhtar Zain)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.