Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta di Balik Potensi Tsunami Besar, Bisa Terjadi Kapan Saja hingga Tiga Menit untuk Selamat

Kompas.com - 31/07/2019, 12:06 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Monardo mengajak masyarakat untuk menyadari bahwa Indonesia merupakan kawasan yang sangat rentan terjadi bencana, termasuk gempa dan tsunami.

Menurut Doni, dirinya telah diperintahkan oleh Presiden Joko Widodo untuk menyampaikan fakta tersebut apa adanya kepada masyarakat.

Sementara  itu, BPBD DIY melakukan dua langkah antisipasi untuk menghadapi potensi bencana tersebut, yaitu secara struktural dan non struktural. 

Berikut ini sejumlah fakta terkait potensi gempa dan tsunami di Indonesia:

1. Ancaman yang harus disadari masyarakat

Pemasangan rambu peringatan tsunami di Pantai Laguna Lembupurwo, Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, dalam rangkaian Destana Tsunami 2019, Selasa (30/7/2019).Fadlan Mukhtar Zain Pemasangan rambu peringatan tsunami di Pantai Laguna Lembupurwo, Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, dalam rangkaian Destana Tsunami 2019, Selasa (30/7/2019).

Doni mengatakan, Presiden Jokowi sudah meminta BNPB untuk menyampaikan fakta ancaman potensi tsunami dan gempa apa adanya ke masyarakat yang berada di wilayah rawan bencana.

"Presiden dua minggu yang lalu mengatakan, sampaikan apa adanya," kata Doni seusai penanaman mangrove di Pantai Laguna Lembupurwo, Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, dalam rangkaian Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami 2019, Selasa (40/7/2019).

Menurut Doni, saat ini sebagian masyarakat mungkin belum siap menghadapi potensi gempa dan tsunami. Namun sebagian lainnya dinilai telah memahami potensi gempa dan tsunami.

"Sebagian sudah memahami potensi bencana dengan menyampaikan data peristiwa masa lalu. Jadi kalau dikasih tahu tanpa diimbangi data dulu, mungkin (masyarakat) kurang yakin," ujar Doni.

Baca juga: BNPB Ingatkan Tsunami Besar Masa Lalu Dapat Terulang

2. Deretan fakta bencana gempa dan tsunami

Pemutakhiran segmentasi Megathrust Peta Gempa Nasional 2017. Pemutakhiran segmentasi Megathrust Peta Gempa Nasional 2017.
Doni menyampaikan fakta bahwa di sejumlah wilayah di Indonesia sudah pernah terjadi bencana gempa dan tsunami, antara lain tsunami yang terjadi 19 Agustus 1977 di Nusa Tenggara Barat (NTB), Bali dan Jawa Timur.

"1992 tsunami di Flores, korbannya sangat banyak. Kemudian 1994 kejadian di Banyuwangi. Kalau dilihat lagi, mendekati kemarin di Aceh tahun 2004, kemudian Nias, Mentawai, Enggano, Selat Sunda dan terakhir Pelabuhan Ratu," kata Doni.

Lebih jauh lagi Doni menjelaskan, bencana alam tidak hanya terjadi sekali saja.

"Suatu saat akan terulang, karena alam mencari keseimbangan. Terjadilah gesekan, pergerakan lempeng, maka timbul pelepasan energi gempa lebih dari 8 skala richter," jelas Doni.

Baca juga: Gempa Besar Hanya Beri Kita Waktu 3 Menit Selamatkan Diri dari Tsunami

3. BPBD: Bukan prediksi tetapi potensi

IlustrasiMAST IRHAM/EPA Ilustrasi

Dalam video yang ada di akun Twitter BPBD DIY, @pusdalops_diy, Kepala Pelaksana BPBD DIY, Biwara Yuswantana, menyebutkan, potensi bencana bisa terjadi kapan saja.

Menurutnya, istilah "potensi" itu berarti bisa terjadi kapan saja. Tidak ada yang bisa memprediksi.

"Tetapi, ini adalah potensi bukan prediksi ya sekali lagi, sehingga kapan terjadinya tidak ada yang tahu," kata Biwara sebagaimana dikutip Kompas Sains.

Baca juga: Tanggapi Viral Potensi Tsunami Laut Selatan, BPBD DIY Keluarkan Video Imbauan

4. Mitigasi struktural dan non-struktural

Salah satu bangunan yang ambruk di Desa Jibubu, Kecamatan Kepulauan Joronga, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara akibat gempa bumi pada Minggu (14/07/2019) laluYAMIN ABDUL HASAN Salah satu bangunan yang ambruk di Desa Jibubu, Kecamatan Kepulauan Joronga, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara akibat gempa bumi pada Minggu (14/07/2019) lalu

Menghadapi potensi bencana alam, gempa dan tsunami, Biswara menyebut ada dua langkah yang harus dilakukan pemerintah.

Upaya struktural yaitu membangun rumah tahan gempa, penataan ruang, dan memberikan edukasi soal ancaman dan potensi gempa maupun tsunami.

Lalu upaya non-struktural adalah masyarakat diharapkan bisa memahami kondisi dan situasi saat gempa dan tsunami besar melanda

Baca juga: 5 Fakta yang Harus Diketahui dari Isu Tsunami Selatan Jawa, Belum Diketahui Kapan Terjadinya hingga Masyarakat Diminta Waspada

5. Tiga menit pasca-gempa besar sangat krusial

Suasana di Bayah, Kabupaten Lebak kondusif pasca Gempa Magnitudo 5,2 terjadi di 59 kilometer barat daya Bayah, Minggu (28/7/2019)KOMPAS.com/ACEP NAZMUDIN Suasana di Bayah, Kabupaten Lebak kondusif pasca Gempa Magnitudo 5,2 terjadi di 59 kilometer barat daya Bayah, Minggu (28/7/2019)

Menurut Doni, ketika terjadi gempa skala besar dengan durasi lama, masyarakat di wilayah pesisir diminta segera meninggalkan lokasi kurang dari tiga menit untuk mencari tempat aman. 

"Karena tidak semua daerah punya peringatan dini, kalau yang punya (sistem) peringatan dini alhamdulillah. Kalau yang tidak punya, otomatis kesadaran segera tinggalkan kurang dari tiga menit," ujar Doni.

Berdasarkan pengalaman gempa dan tsunami di Palu, kata Doni, peringatan tsunami baru keluar pada menit kelima saat terjadinya gempa.

Baca juga: Kata Ganjar Soal Viral Isu Tsunami Laut Selatan Jawa: Enggak Usah Geger, Tenang Saja

Sumber: KOMPAS.com (Fadlan Mukhtar Zain)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com